Kendalisada merupakan sebutan bagi sebuah tempat di zaman “awang Uwung” yang menjadi cikal-bakal lahirnya Desa Kaliori. Kendalisada dapat diartikan sebagai kendalisabdo atau kalimasada. Kendalisabdo adalah menjaga pitutur sedangkan kalimasada adalah dua kalimat sahadat. Kendalisada menunjukkan tempat untuk dapat menyatukan diri dengan alam dan Sang Pencipta, sekaligus suatu tempat untuk menempa ilmu pengetahuan, baik pengetahuan ilmu bumi ataupun ilmu langit.

Dari tempat ini lahir tata nilai dan keyakinan yang diturunkan para leluhur pada anak cucu mereka, yaitu masyarakat Desa Kaliori Ksatria. Masyarakat Desa Kaliori percaya bahwa leluhur mereka bernama Hanoman Perbansa, yaitu simbol dari perwujudan hananing iman, yaitu pedoman dalam menjalani kehidupan harus mempunyai iman yang kuat, teguh dalam pendirian, berani membela kebenaran dan selalu merendah tidak sombong. Masyarakat menggambarkan leluhur mereka dalam sosok Ksatria Hanoman, meskipun berwajah kera putih tetapi sebenarnya tampan dan memiliki keluhuran hati.

Nama InovasiKendalisada Art Festival
PengelolaPemerintah Desa Kaliori
AlamatDesa Kaliori, Kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah
Kontak PersonSugeng Priyanto
Telepon+62-856-4764-2188
Websitehttp://kendalisada.id

Kendalisada dikenal sebagai tempat berkumpulnya para tokoh hebat di eranya. Ada Eyang Sapu Jagad yang memiliki keilmuan yang luas seluruh jagat. Lalu, Eyang Sumantri yang memiliki sifat bijaksana, Mbah Tekad yang memiliki tekad yang kuat dalam berusaha untuk memperoleh sesuatu yang diinginkan, Mbah Panunggul yang memiliki sifat apa adanya (blakasuta) dan sangat berani dalam membela kebenaran.

Ada juga Raden Putri Kenongo, yaitu seorang putri yang baik hati, Eyang Maronggo Geni yang memiliki keilmuan dalam bidang seni dan budaya, Eyang Dermasemita beliau seorang dermawan dan pengayom, Eyang Dewi Murti yang arif dan luhur dan Syekh Panglima Aji Masmur yang mensyiarkan agama Islam murid dari Eyag Sapu Jagad dan dimakamkan di Kendalisada pada 1515 Masehi.

Kendalisada Art Festival merupakan upaya Pemerintah dan masyarakat Desa Kaliori untuk menumbuhkembangkan identitas kultural sebagai anak cucu yang hidup di lingkungan Kendalisada. Mereka harus mencontoh sifat-sifat yang diturunkan dari leluhur untuk dapat menjadikan dirinya manusia yang ingat akan keberadaan Sang Pencipta dan cara menjalani kehidupan.

Saat ini Kendalisada masih terjaga keluhurannya dengan suasana alam yang asri serta masyarakatnya yang berada di Desa Kaliori masih menjaga tradisi, seni dan budayanya. Kendalisada Art Festival rutin dilaksanakan pada awal tahun Hijriyah sebagai ruang kontemplasi dan rasa bersyukur masyarakat Desa Kaliori untuk menjalani kehidupan di tahun berikutnya.

Kegiatan Kendalisada Art Festival berlangsung selama satu pekan dengan rangkaian acara berupa Festival 1.000 Hanoman, Festival Qasidah, Pameran Galeri Pusaka Kendalisada, Pagelaran Kuda Lumping, Sendra tari, Pagelaran Wayang Ruwat, Pasar Seni dan kuliner.

Pada Kendalisada Art Festival 2017 dimeriahkan dengan hadirnya pada seniman kelas internasional, seperti Didik Nini Thowok, Rianto (Penari International), Vanesa Morierq (Penari Argentina), Dariah (Lengger Lanang, Maestro Lengger), Nani Sawitri (Topeng Losari), Bagus Bang Sada (Penari Bali), Mao Arata (Penari Jepang), Yoshi Toshi (Penari Hongkong), Miray Kashimawa (Penari Jepang).