Desa Tegal Waru dikenal dengan desa wirausaha. Tak seperti desa entrepreneur lain, Tegal Waru memiliki keberagaman jenis bsnis. Dari agrikultur, kerajinan hingga pengolahan limbah.   

Desa Tegal Waru terletak di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Desa ini berada di kaki Gunung Salak dengan jumlah penduduk sekitar 12.000 jiwa. Adagium desa wirausaha bukan sekadar isapan jempol bagi Desa Tegal Waru, setidaknya, terdapat delapan usaha tersebar di seluruh rukun warga (RW)

RW 01 dikenal sebagai tempat kerajinan tas. Ada 500 kepala keluarga yang memiliki ketrampilan untuk membuat tas perempuan. Tidak sekadar kerajinan, tas industri rumahan ini bahkan sempat memasok merek ekspor ternama, Capriasi. Merek ini sempat melanglang hingga ke Eropa. Sayang kontrak pengrajin Desa Tegal Waru dengan Capriasi tak berkelanjutan karena ekonomi Eropa tengah dilanda krisis. 

Kini, para pengrajin banyak memasarkan produknya melalui pasar domestik dan pasar online. Para mitra dapat memesan tas sesuai dengan desain dan merek mereka sendiri pada para pengrajin. Bukan rahasia lagi, tas-tas dari Dsa Tegal Waru banyak memenuhi kios-kios pedagang, seperti Pasar Senen Jakarta, Matahari Mall, maupun sentra penjualan Cimori di Puncak.  

Berkat kepiawaian mereka, para pengrajin Desa Tegal Waru mampu merah pendapatan lebih dari lumayan. Bahkan, mereka sering menolak tawaran kerja di sejumlah negara karena pendapatannya sudah di atas standar upah provinsi.

Tidak hanya tas, di RW 01, ada komunitas warga yang memilih mata pencaharian keluarga sebagai pengrajin anyaman bambu dan bilik. Mereka menjual anyaman tersebut ke pengepul, lalu produk itu dipasarkan ke berbagai daerah di Bogor.

Bergeser ke RW 02, terdapat pengrajin pandai besi dan pesanan golok ukir. Biasanya, banyak pemesan dari Jakarta yang membeli golok itu untuk koleksi.

Lain lagi di RW 03. Dengan wilayah yang masih didominasi oleh lahan pertanian, menjadikan warga memilih menggarap lahan mereka dengan tanaman obat, buah dan tanaman hias.

Beranjak ke RW 04, terdapat berbagai industri pembuatan selai kelapa. Komunitas di kampung ini memproduksi selai yang diperoleh pembiakan ikan patin. Tidak hanya selai, warga memanfaatkan limbah indusri kelapa dengan melahirkan aneka usaha baru seperti briket arang, nata de coco, dan membuat hiasan/aksesoris.

Tak mau kalah dengan tetangganya, warga RW 05  menjalani industri ternak, seperti peternakan sapi, domba, dan kelinci. Ada juga usaha pengrajin kasur dan buah potong. Meski menggunakan media produksi yang sangat sederhana, namun bisnis ini telah mampu memberikan pendapatan lumayan kepada para keluarga. 

Sedangkan warga RW 06 memang didominasi oleh pedagang dan tukang bangunan. Hanya, beberapa komunitas warga memilih untuk usaha golek, ayam arab, ikan hias, budidaya patin dan pengrajin bebek.

Sebelumnya, industri rumah tangga di desa ini mengaku sulit memasarkan produknya. Lalu, ada dukungan dari lembaga swadaya masyarakat yang memberikan pendampingan bisnis. Salah satu terobosan yang dilakukan warga adalah pemasaran secara online.

Ada situs tegalwarukreatif.com dan beragam laman sosial media yang menawarkan beragam produk olahan rumah tangga khas Desa Tegal Waru. Harga produk dari Desa Tegal Waru sangat terjangkau sehinga banyak netizen yang membeli dengan sistem delivery order.

Tak hanya itu, Desa Tegal Waru selanjutnya mengembangkan satu konsep kampung wisata wirausaha. Mereka mengusung brand Kampoeng Wisata Bisnis Tegal Waru.

Beragam kegiatan dilakukan untuk mengundang warga luar berkunjung ke Desa Tegal Waru. Setiap bulan ada sekitar sepuluh kunjungan ke desa, mulai dari kalangan pelajar, mahasiswa, dan kelompok PKK. Mereka datang tidak hanya dari Jawa Barat. Ada pengunjung yang berasal dari Cilegon dan Palembang.

Saat ini, ada sejumlah restoran dan rumah makan yang dibuka untuk melayani para pengunjung kampung wirausaha. Dari inovasi itu, Desa tegal Waru mampu meraih omzet penjualan dari semua unit usaha hingga Rp 2,2 miliar.