Desa Manimbahoi pada awalnya adalah 2 kerajaan, yaitu Kerajaan Longka dan Kerajaan Manimbahoi. Kedua kerajaan tersebut bergabung menjadi Desa Majannang. Pada tahun 1985, Desa Majannang dimekarkan menjadi dua desa, yaitu Desa Definitif Majannang dan Desa Persiapan Manimbahoi. Desa Persiapan Manimbahoi terdiri 4 Dusun yakni : Dusun Kalolo, Borongkopi, Pattiro dan Bawakaraeng.
Luas Desa Manimbahoi sekitar 42,77 Km2 dan terdiri dari 998 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk sekitar 3173 jiwa. Sebagian besar besar penduduknya adalah petani sehingga sektor Pertanian, Perkebunan dan Peternakan menjadi tumpuan hidup atau mata pencaharian utamanya.
Letak geografis Desa Manimbahoi berada di kaki Gunung Bawakaraeng dan Gunung Lompobattang menjadikan Desa Manimbahoi memiliki potensi hutan dan potensi lahan pertanian yang sangat besar. Salah satu kekayaan alam yang berlimpah yang berasal dari hutan adalah tersedianya air bersih yang berlimpah yang bersumber dari mata air dari kedua gunung.
Memanfaatkan Dana Desa yang diterima pada 25 Februari 2016, Desa Manimbahoi membentuk BUMDes yang diberi nama BUMDes Tanralili Raya. BUMDes Tanralili Raya memiliki 4 bidang usaha, yaitu Pengelolaan Peternakan dan Perikanan, Perdagangan Hasil Pertanian, Pengelolaan Industri, dan Pengelolaan Biro Jasa.
Saat ini, BUMDes yang dipimpin oleh Ibu Hj. Nurhayati Dg. Suji memfokuskan pengembangan industri pengolahan air minum dalam kemasan. Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan ketersedian bahan baku untuk industri tersebut, yaitu air bersih, yang melimpah di desa ini.
Pada Tahun 2017 BUMDes Tanralili Raya menerima suntikan dana berupa Penyertaan Modal Desa yang berasal dari Dana Desa Tahun 2017. Tambahan dana tersebut langsung
dimanfaatkan sebagai modal awal membangun tempat Pengolahan Air Minum dalam Kemasan.
Selain membangun tempat pengolahan air minum, proses perizinan dan pendaftaran merk dagang telah selesai. Air minum dalam kemasan hasil dari BUMDes Tanralili Raya diberi nama TR (singkatan dari Tanralili Raya) dan telah mendapatkan Sertifikat SNI.
Selain itu, produk air minum dalam kemasan TR tersebut telah melalui uji tes laboratorium yang dilaksanakan oleh Kepala Lab Puskesmas Kecamatan Parigi, Ibu Nurmala Dewi, AKML. Hasil tes menghasilkan pengukuran pH sebesar 7,9 yang sangat layak dikonsumsi, karena memiliki kadar pH netral.
Untuk sementara BUMDesa Manimbahoi baru mengelola di bidang air bersih, tetapi ke depan ini diharapkan BUMDes dapat mengembangkan kegiatan-kegiatan petani di bidang
pertanian dan peternakan, Diupayakan ada modal yang tersedia di Pemerintah Desa dalam hal ini BUMDes yang bisa melayani kebutuhan petani dalam pengembangan usahanya.
Sumber utama pendapatan Desa Manimbahoi berasal Dana Transfer, terutama dari Alokasi Dana Desa dan Dana Desa. Dana Desa 2017 yang bernilai lebih dari dari Rp800 juta
sebagian besar dianggarkan pada Bidang Pembangunan Desa. Sebagian besar pembangunan dilaksanakan pada pembangunan jalan jembatan dan pembangunan pada sarana pertanian
seperti jalan tani dan irigasi. Selain itu, Pembiayaan BUMDes tersebut berasal dari Dana Desa 2016 dan 2017.
Di bidang pemberdayaan masyarakat desa, Dana Desa pun digelontorkan sebagian besar untuk Posyandu, UP2K, dan BKB. Selain itu, peningkatan kapasitas masyarakat,
pelatihan kelompok tani, dan sektor ekonomi kecil dan rumah tangga pun ikut dibantu.
Kesuksesan Desa Manimbahoi dalam membangun BUMDes yang penyertaan modalnya berasal dari Dana Desa menjadi awal dari kemandirian desa di masa depan. Mata air Manimbahoi tentu tidak hadir di dunia tanpa alasan. Ia muncul karena takdir mengatakan warga Manimbahoi adalah pihak yang tepat yang menjadi pengelolanya. Bukan untuk
merusak lingkungan, tetapi untuk membangun desa dan masyarakatnya.
Belajar dari Desa Manimbahoi, bahwa potensi yang melimpah perlu dikelola dengan baik. Bagaimana BUMDes dengan inovasinya mengemas produk menjadikan Desa Manimbahoi menjelma menjadi desa yang potensial. Sebuah pelajaran yang perlu dipetik.