Festival Layang Lakbok bukan sekadar pentas seni dan budaya. Festival ini merupakan ide cerdas dan inovatif warga Desa Baregbeg untuk menggali potensi dan sumber daya di wilayah perdesaan. Acara ini dipelopori oleh sekelompok pemuda kreatif yang tergabung dalam Paguyuban Pematang Sawah.

Paguyuban Pematang Sawah bermarkas di Dusun Kedungjarian, Desa Baregbeg, Kecamatan Lakbok, Kabupaten Ciamis. Paguyuban ini terbentuk secara instan untuk memperlancar penyelenggaraan kegiatan festival. Festival Layang Lakbok 2018 mengusung topik Art and Culture.

Nama InovasiFestival Layang Lakbok
PengelolaPaguyuban Pematang Sawah
AlamatDusun Kedungjarian, Desa Baregbeg, Kecamatan Lakbok, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat
KontakPaiso (Direktur Paguyuban Pematang Sawah)
Telepon+62-852-9545-5015

Paguyuban Pematang Sawah merupakan organisasi yang berisikan para pelaku lintas sektor di desa, seperti remaja masjid, ormas, kelompok musik underground, kelompok seni, kelompok tani, dan lain lain.

Rangkaian acara Festival Layang Lakbok diawali dengan lounching gagasan pada Minggu, (15/4). Festival bertujuan untuk mengenalkan beragam tradisi masyarakat Lakbok, seperti bermain layang-layang. Permainan layang-layang dilakukan usai panen dan musim kemarau. Tak heran, layang-layang identik dengan perayaan usai panen raya.

Permainan layang-layang mampu dilakukan semua elemen masyarakat desa, lintas usia, baik muda ataupun tua, anak anak atau dewasa. Tradisi ini merupakan kekayaan warisan turun temurun dari nenek moyang yang perlu di uri-uri (dijaga keberlangsungannya). Karena itu, Festival Layang Lakbok menjadi pintu masuk untuk mendorong kerja pelestarian seni-budaya desa lainnya, sekaligus merumuskan program pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan seni dan budaya.

Adapun kegiatan Festival Layang Lakbok antara lain:

  1. Festival layang
  2. Pentas seni tradisional Lokal (Janeng, Angklung, Bebegig, Kuda Lumping, Karinding dan Musik Band)
  3. Diskusi tentang Desa serta tentang Budaya untuk merawat Ke-Indonesia-an Kita .
  4. Kuliner local dengan Pasar Pematang Sawah di bulan Romadlon

Festival Layang Lakbok 2018 dilaksanakan selama dua hari pada 25-26 Agustus 2018. Selama festival berlangsung, masyarakat desa menjadi pelaku utama, seperti diskusi kampong untuk menggali dan mengenali potensi desa, menggagas estetika lokal, merencanakan kegiatan, dan mengembangkan kelompok-kelompok masyarakat yang sadar akan potensi yang dimilki dan tersedia di alam Lakbok untuk bisa dikemas menjadi lebih menarik sehingga bisa menjadi destinasi peluang wisata Lakbok.

Lahirkan Sentimen Positif

Penyelenggaraan Festival Layang Lakbok mampu melahirkan sentimen positif masyarakat Lakbok. Mereka sangat antusias mengikuti kegiatan-kegiatan festival. Hal ini menandai kebangkitan masyarakat dalam memajukan potensi dan sumber daya yang ada. Mengapa demikian?

  1. Dalam Festival Layang Lakbok, masyarakat menjadi pelaku utama festival, yang dimulai dengan kegiatan diskusi kampung untuk menggali dan mengenali potensi desa, menggagas estetika lokal, merencanakan kegiatan, dan mengembangkan kelompok-kelompok masyarakat yang sadar akan potensi yang dimiliki dan tersedia di alam Lakbok untuk bisa dikemas menjadi lebih menarik sehingga bisa menjadi destinasi wisata Lakbok.
  2. Adanya ide gagasan oleh warga yang menjadi pelaku usaha baru dengan hasil usaha yang cukup bagus. Ambil contoh, seorang Ibu Rumah Tangga yang awalnya tidak memiliki usaha akhirnya berjualan Telor Puyuh Goreng (GRONTOL TELOR) selama festival. Ternyata produk itu laku keras sehingga omset penjualan yang cukup besar. Melalui festival, para wirausaha desa lahir dan tumbuh subur secara alami.
  3. Festival juga melahirkan kelompok Lingkar Belajar Lakbok yang berisikan pemuda-pemuda, kelompok masyarakat, dan ormas sebagai media diskusi untuk membangun kepedulian pembangunan di Lakbok.
  4. Kebudayaan Festival layang merupakan kegiatan yang sudah ada semenjak dulu dan sekarang dihidupkan dengan kegiatan festival layang ini.
  5. Dinas Pariwisata berencana memasukan kegiatan festival ini dalam salah satu destinasi wisata di Kabupaten Ciamis.
  6. Lahirnya kelompok pengrajin batok kelapa, penjahit pakaian setelah festival dll.
  7. Secara tidak sadar masyarakat selalu memmbicarakan kegiatan ini walaupun sudah selesai beberapa minggu.
  8. Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Ciamis mau mendorong desa desa di Lakbok untuk memasukan anggaran di RKPDes untuk mendukung kegiatan festival selanjutnya.