Selama ini, ketika bicara budidaya ikan, umumnya yang tergambar adalah tambak, kolam, atau karamba. Tambak merupakan kolam buatan, biasanya terdapat di wilayah pantai atau pesisir yang berair payau atau air asin, digunakan untuk budidaya ikan, udang atau kerang. Kalau yang digunakan untuk memelihara ikan air tawar yang terdapat di daratan, biasanya disebut empang atau kolam saja.

Sedangkan karamba biasanya dibuat dari papan dan bambu, merupakan wadah semacam kandang yang sengaja diletakkan di sungai, danau, atau perairan laut di sekitar pantai untuk keperluan memelihara ikan. Kini, perkembangan teknologi telah melahirkan pula budidaya ikan dengan sistem bioflok.

Nama inovasi:Pengembangan system bioflok dalam budidaya ikan
Pengelola:Desa, BUMDes dan Kelompok Pembudidaya
Alamat:Desa Balida Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan Provinsi Kalimantan Selatan ( Kalsel )
Contact person:Sahridin (Pambakal/Kepala Desa)
Telepon/HP/email:+62 823 5804 0477

Berawal dari perkenalan dengan owner De Papuyu Farm Hilmi Arifin, saya mengetahui bagaimana sistem ini bisa menghemat penggunaan pakan dan mendorong konsumsi pakan ikan yang lebih efisien.

Bioflok merupakan kumpulan berbagai organisme, pertumbuhannya dipacu melalui pemberian probiotik dan pemasangan aerator dalam kolam. Selain melakukan proses daur ulang air, aplikasi sistem bioflok ini juga didukung system elektrik yang mengatur gerakan atau aliran air kolam secara terus-menerus.

Biaya listrik untuk keperluan itu relative tidak besar, hanya sekitar dua ratus ribu rupiah per bulan dengan kolam bioflok sebanyak 15 unit. Menurut Hilmi, sudah banyak desa yang menerapkan sistem ini, diantaranya Desa Balida di Kabupaten Balangan.

Bila Hilmi menggunakan sistem bioflok untuk budidaya ikan papuyu yang nilainya sangat tinggi dan disukai masyarakat Banjar, Kelompok Desa Balida memilih aplikasi sistem ini untuk budidaya ikan patin.

Menurut Pambakal Balida Sahridin, ikan lele, nilai dan gurame juga bisa dibudidayakan dengan sistem ini. Meskipun sempat gagal ketika membudidayakan ikan lele karena banyak yang mati terserang penyakit, Desa Balida tidak patah semangat dan kembali mencoba menjalankan usaha budidaya ikan.

Saat ini, ikan patin usia 4 bulan sudah memenuhi 2 kolam bantuan CSR PT Adaro. Seribu ekor benih ikan patin yang dibeli seharga Rp 250 ribu, sekarang sudah mencapai ukuran sekitar setengah kilogram per ekor. Menurut informasi, harga ikan patin di pasaran sekitar Rp 15-20 ribu per kilogram.

Seiring pertumbuhan berat itu, ikan-ikan tersebut kemudian dipisah ke dalam 2 kolam yang masing-masing memuat sekitar 500 ekor ikan. Dari penuturan Sahridin, harga kolam ikan bioflok ini sekitar 3-5 juta tergantung diameter dan volume kolam.

Ketersediaan dan kualitas air merupakan syarat utama keberhasilan budidaya ikan dengan system bioflok ini. Setelah air dimasukkan ke dalam kolam, kemudian diberikan campuran bakteri probiotik dan gula merah sebagai media tumbuh pada tahap awal. Mikroorganisme berupa bakteri ini menguraikan sisa pakan dan feses ikan hingga menjadi flok yang bisa kembali dikonsumsi ikan.

Adanya flok ini bisa mengurangi konsumsi pakan hingga 30 %. Pada hari-hari tertentu pakan sengaja tidak diberikan agar ikan mengkonsumsi flok-flok yang bertebaran di kolam. Mengingat komponen biaya terbesar dalam usaha budidaya ikan berasal dari pembelian pakan, pengurangan pakan dengan adanya flok ini praktis juga akan mengurangi biaya produksi.

Jumlah pakan yang diberikan selalu berubah setiap bulan seiring peningkatan berat badan ikan. Pakan diberikan 2 kali sehari, sebanyak 3-5% dari berat badan ikan per hari. Pakan berupa pelet sebenarnya bisa dibuat sendiri, bahannya antara lain jagung, dedak padi dan bungkil kedelai.

Saat ini, Desa Balida sudah memiliki seperangkat alat yang bisa digunakan untuk membuat pakan. Proses pembuatan pakan melalui 3 tahapan. Pertama, semua bahan dimasukkan ke dalam mesin pencampur. Kedua, bahan yang sudah dicampur tersebut kemudian dipress pada mesin atau cetakan pellet. Ketiga, pellet dikeringkan dengan oven atau dijemur secara alami.

Selain budidaya ikan yang diusahakan Kelompok Pembudidaya yang merupakan binaan program CSR PT Adaro, Desa Balida juga telah menyertakan modal sebesar Rp 50 juta untuk usaha budidaya ikan yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Dana tersebut telah digunakan untuk pengadaan 3 unit kolam ikan, bibit dan penyediaan pakan serta operasional sehari-hari oleh 2 orang pengelola.

Selain kegiatan usaha yang bersifat ekonomi, Desa Balida pun giat mengembangkan kegiatan seni-budaya. Sanggar Seni Balida Satria sering diminta tampil dalam berbagai event, seperti Aruh Pemuda Sanggam yang dilaksanakan pada akhir pekan minggu terakhir Oktober 2018 kemarin. Atraksi seni-budaya Banjar yang ditampilkan, antara lain Mamanda, Madihin, Kuda Gipang, Wayang Kulit dan Wayang Gung atau Wayang Orang, dan beladiri Kuntau.

Untuk sarana latihan, Desa Balida sudah membangun Balai Rakyat yang berada tepat di depan lokasi kolam ikan. Di sampingnya ada sarana olahraga desa berupa lapangan volley dan bulutangkis. Desa Balida juga sudah memiliki perpustakaan desa dan sarana kesehatan berupa Poskesdes. ****