Pemberdayaan Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Mina Mandiri di Desa Serayu Larangan dilakukan melalui inovasi teknologi akuaponik sebagai upaya peningkatan produksi ikan dan sayuran secara berkelanjutan. Teknologi ini mengintegrasikan budidaya ikan dengan pertanian sayuran dalam satu sistem tertutup yang efisien, di mana limbah dari pemeliharaan ikan dimanfaatkan sebagai nutrisi bagi tanaman. Inovasi ini memberikan solusi atas berbagai kendala yang dihadapi pembudidaya, seperti keterbatasan lahan, tingginya harga pakan ikan, serta dampak lingkungan akibat limbah budidaya.

Desa Serayu Larangan, yang terletak di Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, memiliki potensi besar dalam sektor perikanan dan pertanian. Namun, produktivitas kolam di desa ini sebelumnya tergolong rendah akibat kurangnya penerapan teknologi budidaya yang tepat.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, Pokdakan Mina Mandiri mengadopsi teknologi akuaponik, yang memungkinkan sistem sirkulasi tertutup antara budidaya ikan dan tanaman. Dalam sistem ini, limbah organik dari ikan diubah menjadi zat hara yang dapat diserap oleh tanaman, sementara tanaman berperan sebagai penyaring alami yang membersihkan air sebelum kembali ke kolam ikan.

Nama Inovasi Inovasi Teknologi Akuaponik
InovatorPemerintah Desa Serayu Larangan
AlamatDesa Senggreng, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang, Jawa Timur
KontakFajar Prasetyo Utomo (Kepala Desa)
Telepon

Program pemberdayaan ini dilaksanakan melalui serangkaian tahapan, meliputi sosialisasi, pelatihan, pendampingan, serta evaluasi berkala. Sosialisasi diawali dengan pengenalan konsep dasar akuaponik kepada anggota Pokdakan Mina Mandiri melalui diskusi interaktif dan presentasi visual.

Tahap berikutnya adalah pelatihan teknis yang mencakup instalasi sistem akuaponik, pemilihan benih ikan dan tanaman, serta manajemen pemeliharaan yang mencakup pemberian pakan, pengendalian kualitas air, dan pemanenan. Jenis ikan yang dibudidayakan dalam sistem ini adalah ikan nila (Oreochromis niloticus), sedangkan sayuran yang ditanam meliputi pakcoy (Brassica rapa) dan kangkung (Ipomoea aquatica).

Evaluasi keberhasilan program ini dilakukan secara berkala, baik oleh tim pendamping dari perguruan tinggi maupun oleh anggota Pokdakan sendiri. Hasil evaluasi menunjukkan adanya peningkatan produktivitas yang signifikan. Hasil panen ikan meningkat dalam jumlah dan kualitas, sedangkan tanaman sayuran yang dibudidayakan dengan sistem akuaponik tumbuh lebih cepat dibandingkan metode konvensional.

Implementasi teknologi ini juga berkontribusi pada efisiensi penggunaan air dan lahan, serta mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan akibat limbah budidaya ikan yang tidak terkelola.

Selain manfaat ekonomi dan lingkungan, program ini juga meningkatkan keterampilan dan kapasitas anggota Pokdakan Mina Mandiri dalam menerapkan teknologi budidaya modern. Dengan pendampingan yang intensif, para anggota kini mampu mengelola sistem akuaponik secara mandiri dan berkelanjutan.

Program ini juga membuka peluang pasar baru, baik untuk hasil perikanan maupun produk sayuran segar, yang berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat setempat.

Keberhasilan implementasi akuaponik di Desa Serayu Larangan menjadi contoh bagaimana teknologi inovatif dapat diterapkan dalam skala lokal untuk meningkatkan ketahanan pangan dan ekonomi masyarakat. Dengan terus dikembangkan dan diperluas, sistem akuaponik berpotensi menjadi solusi bagi desa-desa lain yang menghadapi kendala serupa dalam sektor perikanan dan pertanian.

Program ini tidak hanya memberdayakan kelompok pembudidaya ikan, tetapi juga berkontribusi pada pembangunan desa yang lebih berkelanjutan dan mandiri.