Mendung menggantung. Segalanya nampak basah. Hujan ringan mengguyur, sejak semalam hingga pagi hari tadi. Untungnya hujan hanya sesekali turun sejak kami dalam perjalanan dari kota Padang menuju ke Nagari III Koto Aur Malintang Selatan. Pepohonan mulai menampakkan daun-daunnya yang baru kuncup, rerumputan berebutan untuk tumbuh menghijau di pinggir-pinggir jalan.
Perjalanan bermula tatkala kami menempuh jarak 80 km dari pusat Kota Padang. Itu artinya menghabiskan waktu tempuh sekitar 2,5 jam perjalanan darat dari kota Padang ke Nagari III Koto Aur Malintang Selatan, Kecamatan IV Koto Aur Malintang, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Kondisi aspal jalan untuk masuk ke Nagari III Koto Aur Malintang Selatan cukup baik, sejak jalan besar Pariaman-Lubuk Basung hingga kami sampai ke Kantor Walinagari.
Luas nagari ini mencapai 35,4 km persegi, dengan luas sawah mencapai 640 Ha. Sepanjang perjalanan itu yang kami lihat adalah sawah dan kebun warga yang hijau, diselingi pohon kelapa yang menjulang tinggi.
Sampai di area pusat pemerintahan nagari, kami mendapati pasar desa yang cukup ramai, serta sungai yang jernih airnya. Belakangan kami tahu, bahwa terdapat Ikan Larangan pada sungai itu.
Kantor walinagari berada cukup tinggi dari jalan, dengan arsitektur khas Minang (bagonjong), bangunan itu tampak memadukan ciri khas tradisonal dengan pernak-pernik modern.
Tepat dib awah halaman kantor, terdapat bangunan toko dengan spanduk bertuliskan Badan Usaha Milik Nagari (BUMNag). Bangunan itu nampak baru dan belum sepenuhnya beroperasi.
Ternyata, BUMNag itu akan melakukan usaha jual-beli sembako yang bekerja sama dengan Bulog, mengelola simpan-pinjam warga, dan usaha pelestarian ikan larangan di sungai setempat.
Di depan kantor terpampang jelas APBNag dalam bentuk spanduk yang cukup rinci dan informatif. Dana Desa yang mereka dapatkan tahun ini sebanyak 1 miliar rupiah, itu belum termasuk Alokasi Dana Nagari dari pemda provinsi dan kabupaten yang jumlahnya juga 1,1 miliar rupiah.
Kami disambut hangat oleh seseorang Sekretaris Nagari, bernama Armontoni. Ia mempersilakan kami masuk ke kantor. Tak lama kemudian, Walinagari, Edi Kusasih muncul. Perbincangan mengenai Dana Desa yang sudah berjalan beberapa tahun belakangan berlangsung.
Wali Nagari dan Sekretarisnya menyampaikan bahwa selama ini tidak ada kendala berarti. Bahkan, ternyata Nagari III Koto Aur Malintang Selatan meraih penghargaan sebagai Juara I Nagari Berprestasi dari Kabupaten Padang Pariaman.
Mereka mengaku sudah selesai melaksanakan kegiatan Dana Desa tahap I dan sudah mengirimkan laporan ke Kabupaten. Itu artinya kegiatan yang bersumber dari Dana Desa sudah terserap seluruhnya untuk tahap I tahun 2017.
Dari segi pengelolaan pun tidak mengalami kendala berarti, karena mereka sudah terlatih dalam mengoperasikan Aplikasi Siskeudes.
Penggunaan Dana Desa di Nagari III Koto Aur Malintang Selatan ini terbagi menjadi dua, yakni pengerjaan fisik dan non fisik. Dari penjelasan Armantoni, sudah banyak proyek desa yang dilaksanakan dan salah satunya yang mereka banggakan adalah pembuatan rabat beton untuk beberapa ruas jalan desa, yang kami dipersilakan untuk melihatnya.
Selain digunakan untuk pekerjaan fisik, di bidang non fisik Dana Desa juga dimanfaatkan untuk kegiatan pemberdayaan, seperti penyelenggaraan Taman Pembelajaran Qur’an (TPQ) yang diselenggarakan di masjid, posyandu, dan BUMNag.
Terdapat 24 posyandu di seluruh area Nagari, namun persebarannya belum merata, oleh karena itu pemerintahan nagari sedang berusaha untuk membangun posyandu-posyandu di beberapa jorong yang masih kekurangan Posyandu.
Mengenai BUMNag, baru tahun 2017 ini dibentuk karena menurut penuturan Armantoni baru ada aturan mengenai BUMNag pada tahun ini. Nantinya BUMNag ini diharapkan sebagai sumber pendapatan Nagari yang dananya akan terus diputar agar perekonomian Nagari terus meningkat.
BUMNag akan melaksanakan kegiatan jual-beli kebutuhan pokok warga dan pengelolaan simpan-pinjam. Yang patut dicermati, BUMNag juga akan ikut melestarikan budidaya Ikan Larangan yang berada di sungai-sungai di area Nagari, salah satunya yang kami lihat adalah sungai geringging yang berada tak jauh dari kantor Walinagari.
Di sungai tersebut, ikan larangan hidup tanpa keramba dan akan dipanen bersama-sama setahun sekali.
Telah banyak perubahan yang terjadi sejak Dana Desa pertama kali muncul di tahun 2015, yaitu makin banyaknya jalan desa yang dibeton, dan saluran irigasi yang baru. Kami berkesempatan melihat-lihat rabat beton di jalan-jalan desa yang terlihat masih cukup baru dan juga saluran irigasi di area dekat dengan Kantor Walinagari.
Jalan-jalan desa yang panjangnya ratusan meter itu kini sudah tidak becek dan berlumpur lagi. Terdapat pula pembukaan jalan yang baru untuk menyediakan akses bagi petani sehingga jalan ke sawah semakin mudah.
Saluran irigasi baru pun dibangun lebih lebar untuk mengairi sawah-sawah mereka. Selain irigasi dari Dana Desa, terdapat pula beberapa areal persawahan yang memiliki sistem irigasi yang dibangun oleh Dinas PU Kabupaten.
Penggunaan Dana Desa tepat guna berbasis kebutuhan masyarakatnya, membuat masyarakat secara aktif berperan dalam mensukseskan kegiatan yang telah diputuskan. Transparansi, dengan informasi yang lugas dan jelas memberikan akses kepada masyarakat untuk memonitor penggunaan dana secara mudah.
Harmonisasi pada setiap jenjang elemen masyarakat diimbangi sistem pengelolaan yang andal, menjadikan potensi Dana Desa terserap secara optimal. Komitmen dan kerjasama inilah, pendorong pertumbuhan masyarakat untuk semakin maju.