Kreativitas dan inovasi tak mengenal batas, dia bisa lahir di manapun, tak terkecuali desa di pucuk gunung. Hal itu yang terlihat di Desa Boja, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap. Meski Desa Boja terletak di dataran tinggi, jalur alternatif yang menghubungkan Kota Majenang dengan Kabupaten Brebes, desa ini memproduksi beragam alat musik dari kayu kualitas ekspor.

Layaknya desa-desa lain di Kecamatan Majenang, sebagaian besar masyarakat Desa Boja berprofesi sebagai petani dan pekebun. Aneka macam kayu-kayuan tumbuh subur di daerah itu, ada jati, albasia, sono keling, dan lain sebagainya. Selain sebagai penahan erosi tanah yang sudut kemiringan tinggi, masyarakat menanam kayu sebagai cara mereka untuk menabung dan investasi. Secara periodik, mereka menebang pohon untuk mencukupi kebutuhan keluarga.

Nama InovasiKerajinan Kayu
PengelolaPemerintah Desa Boja
AlamatDesa Boja, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah
KontakDasto (Kepala Desa Boja
Telepon+62-813-2779-1583

Untuk meningkatkan nilai jual kayu, masyarakat Desa Boja tak lagi menjual hasil kayu secara gelondongan. Mereka mulai mengolah beragam jenis kayu menjadi kerajinan dan alat musik. Setidaknya ada 20 warga yang menekuni kerajinan kayu untuk alat musik marawis, terbang, rebana, hingga drumband.

Sayang, para pengrajin alat musik dari Desa Boja masih mengirim produknya setengah jadi kepada pengepul di kota untuk proses finishing. Mereka belum mampu mengusung branding dan merek dagang sendiri.

Kepala Desa Boja, Dasto, berharap aktivitas produksi kerajinan dan alat musik berbahan baku kayu menjadi produk unggulan desa. Karena itu, Pemerintah Desa Boja akan mengalokasikan anggaran dari Dana Desa (DD) untuk mendukung peningkatan kapasitas pengrajian dan pemasaran produk-produk yang dihasilkan.

Pendamping Desa menjadi mitra desa dalam pengembangan produk unggulan desa di Desa Boja. Pengembangan sistem penjualan online tengah digagas untuk menyasar ceruk pasar kerajinan Desa Boja yang lebih luas. Warga juga akan mendapatkan jumlah keuntungan yang lebih besar sesuai dengan totalitas dan kreativitas yang dikembangkan.

Dwi Hadi Saputro, Pendamping Lokal Desa (PLD) Kecamatan Majenang