Kegiatan budidaya tanaman kopi sudah dapat ditemui di Desa Kantan Dalam, Kecamatan Pandih Batu, Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah. Satu dekade terakhir, komuditas kopi menjadi produk primadona Desa Kantan Dalam.

Desa Kantan Dalam berada di ketinggian 6.92 sampai 19 meter di atas permukaan laut. Wilayah desa hampir seluruhnya didominasi tanah gambut dengan ketebalan 0,6 hingga 1 meter.

Nama InovasiKantan Dalam Coffee
PengelolaGapoktan Desa Kantan Dalam
AlamatDesa Kantan Dalam, Kecamatan Pandih Batu, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah
KontakKarolika Suriyana (Fasilitator Desa Peduli Gambut Kantan Dalam)
Telepon+62-822-9331-7054

Sejarah Kopi di Desa Kantan Dalam dimulai sejak kedatangan warga transmigrasi pada 1981-1984 yang berasal dari Jawa Timur (Banyuwangi, Blitar, Kediri, Tulung Agung) dan Jawa Tengah (Semarang dan Yogyakarta). Awalnya mereka ditempatkan di Kantan Muara wilayah transmigrasi UPT Pangkoh III Blok A dan B. Selanjutnya pada 1983, daerah itu dimekarkan menjadi dua desa, yaitu Desa Kantan Muara dan Desa Kantan Dalam.

Semula wilayah gambut di Desa Kantan Dalam termasuk tipe selalu basah dan berair akibat pengaruh pasang surut dari Sungai Kahayan. Seiring kedatangan warga transmigran, baik transmigrasi lokal dan Pulau Jawa, lahan gambut berubah menjadi permukiman, persawahan, dan perkebunan.

Minum kopi bagi orang Jawa sudah menjadi budaya dan kebiasaan sehari-hari. Konon, setiap transmigran membawa 5 biji kopi untuk ditanam di pekarangan rumah sembari membuka lahan untuk kawasan pertanian. Tak heran, sejak awal Desa Kantan Dalam mempunyai pengalaman tentang budidaya tanaman kopi.

Kondisi tanah Desa Kantan Dalam juga sangat cocok untuk budidaya jenis tanaman yang memiliki akar serabut, seperti kopi, rambutan, langsat, sengon, sawit, dan kelapa.

Untuk memenuhi kebutuhan bibit kopi, masyarakat mendatangkan bibit dari kampung asal mereka di Pulau Jawa, baik saat mereka berkunjung ke Jawa maupun memesannya dan dikirim melalui jasa pengiriman pos.

Selama ini pemasaran kopi hanya di pasar lokal desa, pasar antardesa ataupun menjual ke para pengepul dari Palangka Raya yang langsung mengambilnya ke Desa Kantan Dalam. Produk kopi yang dijual adalah yang masih dalam kondisi biji. Akibatnya, harga jual kopi sangat rendah dan komoditas kopi tidak menjadi primadona masyarakat.

Dukungan pemerintah untuk petani kopi sangat minim, sehingga banyak warga Desa Kantan Dalam Sampai mulai mengganti kebun kopinya dengan kebun sengon dan sawit. Akibatnya, jumlah tanaman kopi di Kantan Dalam semakin berkurang. Kini, lahan kopi hanya tersisa 113.11 Ha dari 1.357,71 Ha seluruh lahan pemukiman dan lahan perkebunan.

Melalui Program Desa Peduli Gambut (DPG) yang didukung oleh Kemitraan kegiatan pengembangan produk berbahan baku kopi mulai digiatkan kembali. Masyarakat mengusung brand Kantan Dalam Coffee sebagai merek dagang sekaligus menunjukkan geo location produk. Ke depan, kopi diharapkan menjadi produk unggulan Desa Kantan Dalam.