Kampung Konservasi Kelor, Desa Ngawenombo, Kecamatan Kunduran, Kabupaten Blora, berhasil mencuri perhatian dunia. Meski terletak di wilayah perdesaan yang jauh dari pusat kabupaten, Kampung Konservasi Kelor menjadi destinasi kunjungan para pengusaha dari mancanegara, seperti Malaysia, Singapura, Myanmar, Korea, Afrika, Eropa, hingga Amerika. Mereka sengaja untuk belajar metode dan inovasi budidaya dan pengolahan Kelor Blora Organik yang menjadi produk unggulan Kampung Konservasi Kelor.

Pada 2011, Ai Dudi Krisnadi, warga setempat, merintis Kampung Konservasi Kelor dengan mendirikan Moringa Organik Indonesia. Dia mengembangkan pusat budidaya tanaman kelor (moringa oleifera) di atas lahan seluas 3 hektar. Di lokasi itu, dia juga membangun Puri Kelor Indonesia (Kelorina) sebagai pusat pendidikan dan pelatihan budidaya kelor.

Nama InovasiKampung Konservasi Kelor Ngawenombo
PengelolaMoringa Organik Indonesia
Alamat Desa Ngawenombo, Kecamatan Kunduran, Kabupaten Blora, Jawa Tengah
KontakAi Dudi Krisnadi (Direktur Moringa Organik Indonesia)
Telepon+62-821-4477-3089
Websitehttp://kelorina.com

Kerja keras dan ketekunan Dudi dalam mengembangkan tanam kelor membuat dirinya menerima penghargaan dari Jerman. Dia menemukan formula terbaik untuk mengunci nutrisi kelor, sehingga nutrisi dan gizi produk “Kelor Blora Organik” tetap tinggi meskipun telah diolah menjadi beragam produk turunan.

Kelor Blora mengandung 18 asam amino yang dibutuhkan untuk menjaga tubuh tetap sehat dan bugar. Kandungan asam amino Kelor Blora paling tinggi jika bandingkan dengan sumber makanan lainnya. Negara-negara di Afrika sangat meminati tanaman ini untuk menangani permasalahan gizi buruk.

budidaya dan pengolahan kelor di kampung konservasi kelor ngawenombo blora

Para pengunjung Kampung Konservasi Kelor tak sekadar belajar membudidayakan tanaman kelor, mereka juga belajar pengolahan tanah, pembibitan, perawatan, pemanenan hingga pengolahannya. Bahkan, mereka juga belajar cara memasak kelor, baik untuk sayuran, obat kesehatan, hingga aneka jajanan bergizi tinggi.

Sejumlah tamu dari Norwegia pernah datang berkunjung ke Kampung Konservasi Kelor. Para tamu itu belajar belajar budidaya dan pengolahannya langsung di perkebunan. Ada juga utusan dari Raja Salman dari Arab Saudi datang ke Kampung Konservasi Kelor.

Kelor sudah bisa dipanen daunnya setelah berusia 3 bulan. Seterusnya panen dapat dilakukan sebulan sekali selama 60 tahun. Daun kelor dapat diolah menjadi serbuk, sementara biji kelor dapat diolah menjadi minyak. Serbuk kualitas 500 mesh laku Rp 2 juta per kilogram, sedangkan minyak kelor bisa laku hingga Rp 2,5 juta per liter.

Kampung Konservasi Kelor terus berinovasi dengan mengembangkan nutrisi berbahan baku kelor untuk media hidroponik/aquaponik. Sayuran dan ikan menerima asupan gizi/pakan ini terbukti benar-benar sehat, bahkan kambing dan ayam yang memakan pakan ternak hasil olahan dari kelor disebut kambing/ayam organik.

Kiprah Kampung Konservasi Kelor makin dikenal di luar negeri. Pada 2017, Dudi diberi gelar sebagai Duta Kelor di Malaysia karena para pengusaha pakan ternak di sana mengadopsi formula yang dikembangkan oleh Kampung Konservasi Kelor. Permintaan atas pakan ternak berbahan baku kelor di sana mencapai angka 100.000 ton perbulan.

(Diolah dari http://www.infoblora.com dan berbagai sumber).