Pemerintah Desa Cangaan, Kecamatan Ujung Pangkah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, berinovasi mengelola sumur-sumur bor milik warga. Mereka mengintegrasikannya menjadi solusi pengairan lahan pertanian di musim kemarau. Hasilnya, produksi pertanian di musim kemarau di Desa Cangaan relatif stabil dan kebutuhan air warga pun tetap terpenuhi

Desa Cangaan berpenduduk sekitar 2.849 jiwa. Mayoritas warga menyambung hidup dengan bertani. Mereka mengandalkan pengairan lahan pertanian dari air embung. Produksi pertanian desa terkendala masalah pengairan di musim kemarau.

Nama InovasiIntegrasi Sumur Bor untuk Pengairan Pertanian
PengelolaPemerintah Desa Cangaan
Nama InovasiPemerintah Desa Cangaan, Kecamatan Ujung Pangkah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur
KontakSulianan (Kepala Desa)
Telepon+62-823-0237-8181

Mereka sebenarnya memiliki embung desa. Namun, embung seluas 30 meter persegi belum memiliki dam pengendali sehingga selalu surut di musim kemarau. Petani harus merogoh 50 ribu hingga 100 ribu per hari untuk mengairi lahan pertanian dari air sungai pompa bertenaga diesel.

Permasalahan pengairan bagi lahan pertanian mencuat dalam Musrenbangdes 2014 dan 2015. Pengadaan sumur bor muncul sebagai usulan warga, tapi belum dapat terealisasi karena pos pembiayaan desa sudah habis untuk mendanai kegiatan prioritas pembangunan lain.

Pemerintah desa melakukan diskusi dengan perwakilan dari Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) hingga tercetus gagasan untuk berkonsultasi dengan Dinas Pertanian Kabupaten Gresik. Desa dan Gapoktan bertemu dengan Dinas Pertanian Kabupaten Gresik dan disarankan untuk mengajukan proposal bantuan sumur bor melalui Gapoktan.

Pertengahan 2015, desa menerima bantuan langsung dua pompa, tandon beserta pembangunannya. Sumur bor tersebut ditempatkan di dua lokasi, blok Sekar dan Gempol.

Pemerintah desa mengadakan musyawarah dengan seluruh warga dan tokoh masyarakat membahas pemanfaatan sumur bor. Ada empat kesepakatan. Pertama, Gapoktan didapuk sebagai operator sumur bor. Kedua, warga berswadaya membeli pipa untuk menyalurkan air dari salah satu sumur bor terdekat.

Ketiga, sumur bor bebas digunakan dengan seizin operator. Keempat, menjawab beberapa areal sawah yang belum terjangkau oleh sumur bor desa, Gapoktan merangkul dua petani pemilik sumur bor individual dan menyambungkan sumur-sumur bor mereka dengan dua sumur bor milik desa.

Gapoktan melakukan strategi pendekatan dengan pemilik sumur bor. Mereka mendatangi rumah-rumah petani pemilik sumur bor. Selanjutnya, mengundang pemilik sumur bor untuk musyawarah dan mencari solusi kebutuhan akan pengairan lahan pertanian demi keberhasilan panen bersama.

Para pemilik sumur bor bersedia mengintegrasikan sumur bor mereka dengan sumur bor milik desa, hingga desa ini memiliki 8 sumur bor dengan mekanisme sewa. Petani dikenakan biaya yang besarnya ditentukan melalui musyawarah untuk biaya perawatan dan bahan bakar. Petani yang sawahnya berdekatan dapat langsung meminta izin memanfaatkan air dari sumur bor individu.

Dalam merelisasikan program, Gapoktan dan para petani bersama-sama menyambungkan pipa secara swadaya dari sumur-sumur bor ke lahan pertanian. Warga, Gapoktan, dan Pemdes bersinergi mengatasi masalah pengairan lahan pertanian di musim kemarau. Mereka jeli mencari jalan keluar atas masalah yang dihadapi. Inovasi mampu mengatasi ketergantungan pada satu sumber daya (embung).

Ada empat dampak positif dari praktik inovasi desa di Desa Cangaan. Pertama, luas areal sawah yang teraliri air bertambah dari sebelumnya hanya 35 hektare menjadi 60 hektare. Kedua, panen meningkat menjadi dua kali dalam setahun. Ketiga, warga semakin produktif dan lebih sering ke sawah. Keempat, peningkatan kerukunan dan kekompakan di tengah masyarakat desa

Pengintegrasian sumur bor desa dan milik individu merupakan bentuk kebersamaan dan kerukunan. Desa Canggaan memetik manfaat inovasi yang mereka lakukan. Pertama, menjamin pengairan bagi lahan pertanian warga di musim kemarau. Kedua, meningkatkan hasil panen, karena tidak tergantung musim. Ketiga, kesejahteraan warga meningkat.