Teguh dengan prinsip Sakai Sambaiyan, warga Desa Sukamaju dan Desa Tanjung Iman tampak giat dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Sebagian mendorong gerobak bermuatan pasir penuh, sebagian lainnya sibuk memasang rangka jembatan yang nyaris terhubung.
Kebersamaan itu tentu sangat sulit ditemui di perkotaan. Suasana guyub khas warga desa, tercermin dalam aktivitas pembangunan jembatan di atas. Sakai sambaiyan menjadi prinsip dasar masyarakat Lampung yang berarti tolong menolong atau gotong-royong.
Sakai-sambayan pada hakekatnya menunjukkan rasa partisipasi serta solidaritas yang tinggi terhadap berbagai kegiatan pribadi dan sosial kemasyarakatan pada umumnya.
Jembatan penghubung dua desa tersebut, memiliki dampak yang signifikan bagi perekonomian masyarakat. Masyarakat yang sebagian besar berprofesi sebagai petani, kini lebih mudah mengangkut hasil pertanian dan perkebunannya untuk dijual ke pusat kota. Hal ini tentu akan berdampak bagi menggeliatnya perekonomian masyarakat setempat.
Hal inilah yang diharapkan dari penyaluran dana desa. Dampak domino dari pembangunan jembatan, akan mendorong tumbuhnya perekonomian, termasuk kemudahan warga dalam mengakses fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan yang lebih berkualitas.
Sementara itu, lentik jemari kaki anak-anak Desa Sukamaju tampak berjingkrak menghentak beton jalan yang telah mengeras. Dengan berseragam merah putih, mereka terlihat sumringah sekali. Hujan gemerincik tak menyurutkan langkah anak-anak itu menuju gedung sekolah, tempat menuntut ilmu.
Maklumlah, biasanya langkah mereka hanya beralas kulit, menjinjing kresek plastik berisi sepatu. Lambat meratap jalan, khawatir terselip kaki yang akan membuat mereka bermandikan lumpur kubangan. Jika itu terjadi, maka bukan sekolah lagi yang mereka tuju. Namun, sungai ditepi sawah menjadi pelampiasan membunuh waktu.
Pada tahun 2017, Desa Sukamaju memperoleh alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) sebesar 1,24 Miliar. Dari anggaran tersebut, hampir seluruh anggaran dihabiskan untuk pembangunan infrastruktur.
Selain jembatan, dana desa juga disalurkan untuk membangun enam jalan desa yang selama ini berlumpur dan becek. Lebih dari 1.340 Meter jalan telah dibeton rapi. Akses angkut hasil pertanian semakin mudah dan lancar. Selain tentunya, semangat anak-anak desa yang semakin optimis menuntut ilmu di sekolahnya masing-masing.
Mari bayangkan sejenak, kondisi jembatan bambu yang reyot dan rapuh itu. Melewatinya saja butuh keberanian lebih. Apalagi dengan membawa muatan hasil bumi dengan gerobak yang rodanya hanya berjarak beberapa centi dengan tepi jembatan. Bayangkan betapa pilunya jika salah perhitungan. Alih-alih meraih untung, malah buntung yang didapat.
Bayangkan juga saat semangat menuntut ilmu anak-anak desa sedang on fire. Namun saat melihat keluar jendela, butiran-butiran air langit menghujam tanah. Mengisi lekuk-lekuk bumi yang terbentuk alami. Lalu, semangat itu pun sirna, berganti dengan ketakutan-ketakutan.
Belum lagi menghadapi keisengan beberapa anak-anak lain yang memercikkan air kotor kepada anak-anak lain yang lewat di sampingnya. Kesucian yang dengan sigap dijaga sejak berangkat dari rumah, sirna diujung gerbang sekolah. Ah, horor sekali hal itu bagi sebagian anak.
Kini, hal itu tinggal kenangan. Dana desa menjadi jalan dalam menuntaskan permasalahan desa yang selama ini sulit terjangkau pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Dana desa yang berprinsip direncanakan dan dilaksanakan oleh masyarakat setempat, membuat pembangunan infrastruktur yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan internal masyarakat.
Bahkan, geliat perekonomian desa semakin meningkat karena pekerja hingga kebutuhan bahan-bahan mentah untuk pembangunan, berasal dari internal desa. Dan kini, biaya angkut hasil bumi telah turun hingga 60%, anak-anak semakin sumringah menatap masa depan, pemuda-pemudi memiliki penghasilan dan tentunya semakin bangga dengan pembangunan yang terjadi didesanya.
Sementara itu, untuk mengelola dana desa yang cukup besar memerlukan kualitas SDM yang mumpuni. Segenap perangkat desa, perlu ditingkatkan kemampuan manajerial dan teknisnya. Sehingga dana desa yang ada dapat dikelola secara transparan dan profesional.
Oleh karena itu, sebagian kecil dana desa juga dialokasikan untuk membiayai pelatihan Kepala dan Perangkat Desa. Tujuannya tidak lain agar kebermanfaatan dana desa dapat lebih memberikan dampak sosial dan dampak ekonomis pada desa.
Desa Sukamaju adalah sebuah desa di Kecamatan Abung Semuli, Kabupaten Lampung Utara. Hanya berjarak 4 km dari ibukota kecamatan dan 15 km dari ibukota kabupaten, secara geografis desa Sukamaju berbatasan dengan desa Semuli Raya di sebelah utara, Desa Kagungan Raya di sebelah selatan, Desa Tanjung Iman di sebelah timur dan desa Kalibalangan di sebelah barat.
Dengan luas wilayah mencapai 1.320 ha, Desa Sukamaju yang memiliki jumlah penduduk sebanyak 4.329 orang atau sekitar 1.258 Kelapa Keluarga, menjadi salah satu desa prioritas penyaluran dana desa. Dan dengan penyaluran Dana Desa tersebut, secara simultan akan mendorong terwujudnya pemerataan kesejahteraan di Indonesia.
Dana Desa merupakan peluang desa dalam mewujudkan kemandiriannya. Seiring peningkatan kualitas SDM para pengelolanya dan transparansi pengelolaannya, maka penyaluran dana desa akan lebih produktif dan terarah. Profesionalisme dan transparansi menjadi kunci sukses pengelolaan Dana Desa.
Pembangunan infrastruktur, terbukti mendorong sektor pertanian dan perkebunan untuk bergeliat. Pembangunan pada satu sektor, diharapkan mendorong sektor lain untuk tumbuh dan berkembang. Semoga Dana Desa dapat terus memainkan peran dalam mensejahterakan warga desa.