Awalnya, seorang pemuda bernama Yamin Fauzi menemukan sarang kelulut di tengah hutan. Sarang tersebut ternyata mengandung madu yang banyak dan masih segar. Dari sarang itu bisa diambil madu sekitar 1 sampai 1,5 liter.
Sarang kelulut tersebut kemudian dipindahkan ke pekarangan rumahnya untuk dibudidayakan dan dikembangbiakkan hingga jumlahnya mencapai puluhan sarang. Langkah ini akhirnya diikuti banyak warga desa lainnya.
Nama inovasi | : | Usaha madu kelulut |
Pengelola | : | Pemerintah Desa, BUMDes Amanah dan pihak ketiga |
Lokasi/alamat | : | Desa Murung Ta’al RT 02 RW 01, Kecamatan Labuan Amas Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan (Kalsel) |
Contact person | : | Yamin Fauzi |
Telepon/HP/email | : | +62 852-5103-2859 |
Kelulut merupakan salah satu jenis serangga yang memiliki hubungan simbiosis mutualisme dengan aneka jenis tanaman berbunga. Kelulut mengambil sari madu dari bunga-bunga tanaman, sebaliknya tanaman memerlukan serangga kelulut untuk membantu penyerbukan atau persilangan bunga jantan dan bunga betina. Tanaman akan menghasilkan bunga dan buah yang sempurna berkat bantuan kelulut sehingga produksinya meningkat.
Selain memperoleh pemahaman mengenai mekanisme ini, warga desa juga tertarik membudidayakan kelulut karena hasil madunya sangat berguna untuk obat serta menambah stamina dan kesehatan tubuh. Nilai ekonomi usaha madu kelulut juga cukup baik sebagai usaha sampingan.
Dampak lainnya, kehadiran kelulut sangat membantu peningkatan produksi buah-buahan yang banyak ditanam warga desa. Hal ini sekaligus menumbuhkan kesadaran untuk memelihara dan melestarikan lingkungan yang menjadi habitat kelulut tersebut.
Usaha budidaya kalulut praktis tidak memerlukan lahan yang luas, namun banyaknya tanaman berbunga di sekitar lokasi sangat membantu optimalisasi produksi madu kelulut. Misalnya tanaman rambutan, lengkeng, durian, nangka maupun sayuran seperti tomat dan lombok. Pemeliharaan kelulut relatif tidak perlu mendapatkaan perhatian khusus karena pakannya sudah tersedia di alam.
Saat ini, 1 buah rumah minimal memiliki 10 buah sarang yang setiap bulan bisa menghasilkan sekitar 3 juta-an. Teknologi tepat guna juga telah digunakan dalam penanganan panen dan pasca panen. Salah satunya pemanfaatan alat penyedot sederhana yang dibuat dengan menggunakan dinamo kecil sehingga bisa menjaga sarang tetap utuh dan baik.
Sementara ini pemasaran masih terbatas di wilayah Kalimantan, botol ukuran kecil harganya Rp 70.000-90.000, sedangkan yang ukuran besar Rp 200.000-225.000.
Dalam jangka pendek, pemerintah desa diharapkan dapat mendukung peningkatan kapasitas kegiatan budidaya kelulut ini melalui pelatihan dengan mendatangkan narasumber yang berkompeten. Ke depan, perlu dibentuk Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dalam mendukung permodalan dan pemasaran madu yang dihasilkan masyarakat.
Pembentukan kelompok usaha budidaya kelulut pada lingkungan yang memiliki banyak aneka tanaman, selain dapat mendorong efektivitas pemasaran dan pemanfaatan peralatan, juga wahana belajar dan berbagi pengalaman antar warga.*****
Trackbacks/Pingbacks