Multifungsi. Mungkin itulah kata yang tepat menggambarkan konsep pembangunan embung yang sedang dilaksanakan oleh Desa Bojong. Desa yang terletak di Kecamatan Sekampung Udik, Kabupaten Lampung Timur, Lampung ini, cukup cerdik mendesain embung yang tidak hanya sebagai sumber air, tapi juga untuk keperluan irigasi pertanian hingga pariwisata.
Pembangunan embung wisata seluas hampir 3,5 Ha ini menggunakan Dana Desa sebesar 459 juta. Embung wisata desa bojong ini dilengkapi dengan sarana prasarana rekreasi, seperti pondok wisata, kolam pemancingan, hingga fasilitas rekreasi air anak-anak.
Bayangkanlah antusiasme warga yang berjarak 37 KM dari pusat Kota Lampung Timur itu. Jika masih kesulitan, cukup lihat aksi mereka dalam urunan kekurangan dana pembuatan embung. Inilah bukti nyata harapan dan antusiasme warga menyambut pembangunan embung ini.
Bayangkan, ada hamparan air jernih, anak-anak bermain di dalamnya, keluarga berkumpul sambil menikmati pemandangan sawah nan luas di pondok-pondok bambu yang tersedia. Sesekali tegur sapa dengan petani mengemuka. Ah, bagaimana program ini tak dicinta warganya.
Pembangunan embung ini pada prinsipnya bagian dari adat Nengah-Nyampur yang menjadi adok (adat) Lampung. Pada prinsip adat ini, ulun lappung diharapkan aktif dalam pergaulan masyarakat dan meninggalkan sifat individualis.
Embung ini akan menjadi sarana efektif membaurkan warga Desa Bojong. Sekat-sekat sosial yang ada, akan luluh saat aktivitas bersama pada embung rekreasi ini dilakukan.
Seperti itulah air. Ia akan mengisi ruang-ruang kosong. Larut menutup rapat celah yang ada. Dan hanya sejuk yang terasa. Itulah cita-cita embung wisata. Menyatukan yang berselisih, mengisi waktu-waktu dengan energi positif. Lalu, pulang dengan segenap cinta, untuk membangun kehidupan yang lebih bahagia.
Lebih lanjut, dengan semakin harmonisnya hubungan sosial antar masyarakat, maka secara otomatis akan menurunkan tingkat kriminalitas. Maklum saja, selama ini Kabupaten Lampung Timur dikenal dengan daerah yang tingkat kriminalitasnya tinggi. Sehingga secara bertahap, image tersebut akan bergeser untuk kemudian hilang.
Selain membangun embung wisata, dana desa juga dialokasikan untuk kegiatan pelatihan enterpereneurship seperti berternak kambing etawa atau berkebun jeruk. Nantinya, produk yang dihasilkan dari usaha warga tersebut, akan menjadi komoditas yang dijual pada lokasi wisata embung. Sinergi yang mengasikkan bukan?
ada tahun 2017 ini, Desa Bojong mendapat alokasi sebesar 837 juta. Dengan luas wilayah 1.750 ha yang terbagi menjadi 7 dusun dengan total penduduk 3.571 orang atau terdiri dari 1.058 kepala keluarga, maka pembangunan embung wisata sebagai andalan program, diharapkan membawa dampak sosial maupun ekonomis bagi seluruh warga Bojong.
Selain embung wisata, Dana Desa Bojong juga dialokasikan untuk peningkatan infrastruktur desa seperti jalan, irigasi dan talud. Hal ini dilakukan agar akses ’ekspor’ padi, palawija atau sayur mayur dan buah-buahan, dapat lebih lancar dan mudah.
Itulah tanggung jawab negara. Memfasilitasi warga menuju kemakmuran yang dicitakannya. Dana Desa, seperti secercah harap bagi warga desa yang lama tak tersentuh tangan-tangan negara.
Pembuatan embung di Desa Bojong ini memberikan contoh bagaimana pemanfaatan Dana Desa tidak hanya dilihat dari output bangunan infrastrukturnya saja, tapi efek yang ingin dicapai. Embung tidak hanya sebuah embung yang digunakan untuk tujuan rekreasi, tapi bagaimana sekat-sekat sosial dapat hilang.
Membangkitkan sisi positif masyarakat untuk meningkatkan kualitas kehidupannya dan lebih produktif. Dana Desa benar-benar bermanfaat, menjadi pendorong keberhasilan program Dana Desa.