Warga Desa Sugiwaras protes layanan air bersih ke balai desa. Pengelola air bersih, Himpunan Penduduk Pemakai Air Minum (HIPPAM) merespon keluhan pelanggan. Mereka mengkaji sumber air bersih bagi warga Sugiwaras, Kecamatan Kepohbaru, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.
Setiap kemarau, warga harus rela menunggu lama air sampai ke rumah. Kegiatan rutinitas, seperti mandi, cuci, kakus, dan masak pun terkendala. Puncaknya terjadi pada 2007, saat kemarau panjang hingga lima bulan, pasokan air sangat sedikit. Akhirnya, mereka melayangkan protes.
Nama Inovasi | Teknologi Sumur Bor untuk Atasi Masalah Air Bersih |
Pengelola | Himpunan Penduduk Pemakai Air Minum (HIPPAM) Desa Sugiwaras |
Alamat | Desa Sugiwaras, Kecamatan Kepohbaru, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur |
Kontak |
|
Tujuh tahun sebelumnya, saat membuat sarana air bersih pada 2000, HIPPAM, yang kini menjadi bagian unit usaha BUMDes, belum mengantisipasi kemarau panjang. Mereka belum menghitung pengaruh kemarau pada sumur air.
Sebagai solusinya, HIPPAM melakukan kajian yang melibatkan tenaga profesional. Mereka ingin memastikan perbaikan sumur menggunakan teknologi yang tepat pada satu-satunya sarana air bersih yang dimiliki desa tersebut. Melalui kajian ini, sumber permasalahan macetnya air dapat ditemukan sehingga pengalokasian dana menjadi tepat sasaran.
Sumber pasokan air bersih ke seluruh pelanggan berasal dari satu sumur. Protes warga menjadi pemantik untuk mencari solusi. HIPPAM akan memperbaiki sumur, tapi mereka tidak yakin sistem atau teknologi mana yang paling tepat untuk digunakan.
Kajian HIPPAM bertujuan mengetahui sumber permasalahan macetnya air. Mereka akan memperbaiki sumber kemacetan. Warga bisa menikmati kembali air bersih dengan lancar.
Secara kronologis, penyelesaian masalah air bersih melalui dimulai dari inventarisasi keluhan masyarakat. Ketua HIPPAM menerima keluhan dan protes dari masyarakat yang datang ke rumah dan balai desa. Dia bersama tim, menginventarisir masalah dan melakukan kajian awal ke dalam sumur menggunakan pipa untuk mengetahui posisi ketinggian air. Hasil kajian awal dilaporkan kepada kepala desa.
Guna menemukan solusi, HIPPAM mengajukan kebutuhan untuk melakukan kajian lanjutan dengan pengeboran guna memastikan ketersediaan air. HIPPAM melakukan komunikasi lanjutan dengan perwakilan RT/RW, Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), dan Lembaga Musyawarah Desa (LMD) untuk pembiayaan kajian lanjutan tersebut dan perbaikan sumur.
Kajian lanjutan dilakukan dengan mendatangkan tenaga ahli profesional dari luar desa. Kajian lanjutan ini dilakukan dengan pengeboran sumur untuk mengetahui ketersediaan dan letak sumber mata air desa.
Hasil kajian Permukaan air di sumur ternyata menyusut hingga 20 meter. Selain itu, level sumber air terbaik dan terbesar berada pada kedalaman 60-69 meter. Hasil kajian lanjutan dibawa ke Pemerintah Desa Sugihwaras dan Kepala BUMDes Aneka Usaha.
Solusinya perbaikan sumur dengan mengganti sumur pompa sentrifugal dengan sumur submersible yang bisa mencapai kedalaman 60 meter. Sumur ditempatkan di kedalaman 28-32 meter agar tidak berat dan mencegah turunnya permukaan air. Mereka mengganti dan menambah 2 sumur dengan diameter 6 inci dan diameter 8 inci.
Pendanaan perbaikan sumur bersumber dari dana desa sebesar Rp 32 juta, hadiah lomba untuk pendanaan tambahan, dan swadaya masyarakat. Tim kerjanya, meliputi pengelola HIPPAM, tenaga ahli profesional, dan pemerintah desa.
Penggantian sumur berdampak positif. Warga dapat kembali menikmati air bersih dengan lancar hingga ke rumah-rumah. Pasokan air bersih menjangkau hingga pelosok desa. Pasokan air bersih bisa dinikmati sepanjang hari. Jumlah pelanggan air bersih naik dari 600 pelanggan menjadi 972 pelanggan. Seluruh warga Desa Sugihwaras telah terlayani air bersih. Tidak ada lagi komplain terkait macetnya air dari pelanggan.
Bagi desa yang berpenduduk sekitar 4.785 jiwa ini, persoalan air bersih harus cepat diselesaikan. Air menyangkut kebutuhan dasar masyarakat. Pelibatan tenaga profesional dapat membantu memastikan teknologi yang tepat dalam perbaikan sumur sehingga biaya yang dikeluarkan dapat lebih realistis. Pendanaan dari desa memperlancar upaya perbaikan sarana air bersih yang merupakan kebutuhan utama warga.
HIPPAM memetik pengalaman dalam mengelola air bersih. Mereka memperhatikan ketersediaan air dan level sumber air. Sumber air harus yang terbaik dan terbesar di saat musim kemarau. Dengan melakukan kajian, mereka mampu menentukan sistem atau teknologi yang tepat untuk sarana air bersih yang akan digunakan.
Warga Sugiwaras kembali tersenyum lebar. Inovasi desa yang dilakukan HIPPAM tidak sia-sia. Mereka kembali menikmati air berlimpah tanpa rasa was-was.