Kabupaten Hulu Sungai Tengah menyelenggarakan Lomba Teknologi Tepat Guna (TTG) secara rutin setiap tahun. Pada 2018, Syafriansyah dan Ahyadi kembali tampil dengan hasil rekayasa-nya masing-masing dalam lomba ini.

Sosok Ahyadi ini menarik, hampir setiap tahun mengikuti lomba TTG dan menjadi juara, entah 1 atau 2. Menurut keterangannya, total sudah ada sekitar 70-an hasil rekayasa peralatan TTG yang pernah dia buat. Alat atau mesin yang diharapkan dapat menjawab sejumlah persoalan secara tepat guna.

Ada banyak temuan Ahyadi yang sudah diikutkan dalam lomba TTG, diantaranya alat tugal sederhana, alat perontok padi mini yang sekaligus membuatnya langsung jadi beras, kotak multifungsi, alat pembuatan garam dari air asin, serta lampu hemat energi yang dipasang pada masjid di kampungnya.

Ahyadi memiliki minat mengutak-atik peralatan dan bereksperimen sejak kecil. Meski tidak pernah mengikuti pelatihan atau pendidikan secara khusus, dia banyak membaca buku-buku tokoh-tokoh penemu seperti Einstein, Thomas Alfa Edison, Galileo Galilei dan lain-lain.

Pengalamannya bekerja pada sebuah perusahaan komputer ikut memacu semangatnya bereksperimen, informasi dari dunia maya semakin menambah khasanah pengetahuannya.

Setelah menikah, Ahyadi tinggal di Desa Birayang Surapati. Secara administratif, desa ini merupakan bagian dari Kecamatan Batang Alai Selatan. Desa ini merupakan hasil penggabungan dari kampung-kampung kecil yang sebelumnya mempunyai pambakal atau kepala desa sendiri pada masa lalu, seperti Birayang Tugu, Birayang Damanhuri, dan Birayang Surapati itu sendiri.

Nama inovasi:Pelatihan Perbengkelan dalam mendukung Pengembangan Teknologi Tepat Guna
Pengelola:Pemerintah Desa
Lokasi/alamat:Desa Birayang Surapati, Kecamatan Batang Alai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel)
Contact person:Ahmadiansyah (Kepala Desa)
Telepon/HP/email:+62 823 5157 7207

Pemerintah Desa masih berupaya mendorong penyatuan organisasi Karang Taruna yang terpecah dua sebagai dampak belum selesainya integrasi sosial diantara kampong-kampung yang membentuk desa ini.

Suasana perdesaan yang penuh vegetasi masih tampak di beberapa lokasi, namun beberapa lokasi lain sudah ramai dan padat penduduk. Bahkan kemacetan lalu lintas kerap terjadi di jalan depan Pasar Birayang.

Setelah melaksanakan pelatihan menjahit, Pemerintah Desa juga akan melaksanakan pelatihan perbengkelan. Selain pengenalan mengenai peluang, perencanaan dan analisa kelayakan serta promosi usaha bengkel, juga akan diberikan materi alur kerja dan layout bengkel, manajemen peralatan, perlengkapan, dan suku cadang serta teknis perbengkelan.

Pelatihan ini diharapkan dapat mendorong motivasi pada anak-anak dan generasi muda berinovasi dalam bidang sains dan teknologi, khususnya dalam pengembangan teknologi tepat guna (TTG).

Ke depan, peserta pelatihan perbengkelan ini juga perlu diajak studi banding dan magang ke bengkel-bengkel atau produsen kendaraan dan suku cadang  yang sudah berkembang di daerah lain. Pemahaman atas konsep dasar ekonomi, fisika dan elektronik juga perlu diberikan agar peserta dapat bekerja lebih efisien.

Motivasi perlu diberikan agar peserta bukan hanya sekedar memperbaiki mesin, namun juga bisa menghasilkan temuan alat dan mesin yang bisa lebih efisien secara teknis, ekonomi dan sosial. Pembuatan rancang bangun sebagaimana konsep yang dibuat oleh Ahyadi dalam lembaran kertas, bisa diajarkan dengan menggunakan aplikasi planner atau design 3D agar lebih akurat. Meskipun alat atau mesin itu sudah rusak atau tidak ada lagi, dokumen rancang bangun dapat digunakan sebagai rujukan untuk membuatnya kembali.

Sedangkan Syafriansyah sebagai pemenang pertama, menampilkan kendaraan mini elektrik dalam Lomba TTG 2018 ini. Kendaraan ini bisa digunakan untuk mengangkut hasil bumi pada jalan usaha tani yang landai. Kendaraan mirip odong-odong ini, menurut informasi dibuat dengan biaya sekitar Rp 3,5 juta. Adanya tombol otomatis untuk mundur atau berhenti, memudahkan pengendara mengemudikan kendaraan ini. Sekalipun tidak bisa menyetir mobil atau mengendarai motor, tetap bisa mengemudikannya.

Pada tahun sebelumnya, Syafriansyah menampilkan hasil rekayasa berupa alat pembuatan tusuk sate dan tusuk gigi yang inovatif. Sayangnya alat yang menurut informasi dibuat dengan biaya Rp 1,5 juta ini, kemudian dijual dengan harga Rp 3,5 juta sehingga gagal diikutsertakan dalam lomba TTG tingkat provinsi.

Pada Lomba TTG 2018, setiap peserta telah menandatangani kontrak atau fakta integritas sehingga pemenang lomba tidak lagi bisa menjual, memindahtangankan dan/atau membongkar alat dan mesin (alsin) TTG hasil rekayasanya selama jangka waktu minimal satu tahun sejak dinyatakan menang.****