Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sebenarnya sudah ada sejak lama. Posisinya mirip Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada tingkat nasional dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di tingkat provinsi dan kota atau kabupaten. UU Nomor 19 Tahun 1965 tentang Desapraja telah menegaskan Desapraja berhak mendapat hasil dari perusahaan Desapraja atau bagian hasil dari perusahaan Daerah atasan.
Nama inovasi | : | Skema Kemitraan BUMDes dan Pengrajin Anyaman Rotan |
Pengelola | : | BUMDes Assyifa |
Lokasi/alamat | : | Desa Palimbangan Kecamatan Haur Gading Kabupaten Hulu Sungai Utara Provinsi Kalimantan Selatan ( Kalsel) |
Contact person | : | Khairunida (Pengurus BUMDes) |
Telepon/HP/email | : | +62 852 9648 2177 |
Pada hakikatnya, BUMDES adalah badan usaha, dengan tujuan mencari keuntungan yang nantinya digunakan sebesar-besarnya untuk kemanfaatan desa dan masyarakat. Pasca UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, posisi BUMDes semakin strategis. Pada tahun 2017, pengembangan BUMDes telah menjadi Program Prioritas Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT). Banyak Desa yang telah membentuk BUMDes, salah satunya BUMDes Assyifa di Desa Palimbangan yang dipimpin Wardah sebagai ketuanya. BUMDes ini dibentuk dan mulai beroperasi pada tahun 2016.
BUMDes Assyifa memiliki unit usaha pemasaran handicraft atau barang-barang kerajinan yang dibuat dari anyaman rotan. Ada sekitar 60 orang pengrajin anyaman rotan yang menjadi mitra BUMDes, umumnya perempuan. Mereka memperolah bahan baku berupa rotan dari BUMDes, namun bahan penunjang seperti pewarna dibeli sendiri oleh pengrajin. Untuk itu, para pengrajin memperoleh pinjaman modal dari BUMDes, yang sebagian bisa digunakan bagi pemenuhan kebutuhan rumah tangga.
Barang anyaman yang dibuat, ada beraneka jenis sesuai trend permintaan pasar. Mulai yang dijual kodian seperti piring makan, tempat buah dan keranjang kecil untuk antaran saat acara lamaran atau kawinan. Hingga hasil seni kriya dari rotan yang unik seperti keranjang bayi, tempat pakaian, rak buku, kanvas dan aneka jenis barang lainnya yang dijual satuan.
Setelah barang anyaman jadi, BUMDes kemudian membeli dan menyimpannya sebagai stock yang akan dilempar kembali bila datang pesanan. Keuntungan yang diperoleh BUMDes relative tidak banyak dari kegiatan ini, titik beratnya membantu stabilitas harga dan keberlanjutan usaha para pengrajin yang merupakan warga Desa Palimbangan.
Sebagai ilustrasi, BUMDes membeli satu kodi tempat buah seharga Rp 140 ribu dari pengrajin. Setelah diperhitungkan pembayaran pinjaman yang diterima sebelumnya, rata-rata pengrajin masih bisa memperoleh penghasilan Rp 60 ribu. BUMDes kemudian menjualnya kembali seharga Rp 150 ribu. Sedangkan barang-barang ukuran besar yang memiliki fungsi khusus dan keunikan, dijual satuan dengan harga berkisar Rp 20 ribu hingga Rp 200 ribu. Desa telah mengalokasikan penyertaan modal sebesar Rp 35 juta dari Dana Desa dalam mendukung pengembangan kegiatan usaha ini.
Skema ini juga memudahkan para pengguna yang ingin memperoleh barang berkualitas. Mereka tinggal calling BUMDes, barang bisa dilangsung dikirim. Pengiriman bisa dilakukan hingga ke Balikpapan dan Banjarmasin untuk wilayah Kalimantan dengan menggunakan angkutan umum yang menjadi langganan BUMDes. Selain itu, BUMDes juga sudah merintis kerjasama dengan sejumlah ekspedisi untuk memenuhi pesanan dari luar Kalimantan.
Ada juga unit usaha penyewaan kolam ikan yang dikelola BUMDes Assyifa. Desa telah mengalokasikan penyertaan modal sebesar Rp 90 juta untuk membuat 3 kolam. Setiap kolam disewakan Rp 2 juta per tahun kepada pembudidaya yang menjadi mitra BUMDes.*****