Dulu Desa Karangrejek dikenal sebagai daerah kekeringan dan desa tertinggal. Kini sebutan itu hilang berkat inovasi sumber mata air dan perusahaan air minum (PAM) desa. Selain untuk memenuhi kebutuhan air warganya sehari-hari, PAM Desa Karangrejek menjadi sumber pendapatan asli desa tersebut.
Desa Karangrejek merupakan salah satu desa di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). PAM Desa Karangrejek dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Karangrejek.
PAM desa ini telah memiliki 1.348 pelanggan, bahkan layanan PAM desa telah menjangkau tiga desa tetangga, yakni Desa Siraman, Desa Duwet, dan Desa Baleharjo.
Dulu Desa Kerangrejek yang dikenal gersang. Saat kemarau panjang sumber mata air habis. Para peternak menjual hewan piaraannya, seperti kambing dan sapi, untuk untuk membeli air saat kemarau panjang.
Lalu, para pemuda berinovasi membuat sumur sedalam 150 meter. Berkat sumur itu, semua kebutuhan air di desa tersebut terpenuhi. Warga tak lagi kekurangan air saat kemarau datang.
Pendapatan BUMDes Rp 700 juta pertahun yang dialokasikan 20 prosen untuk PADes, 40 persen operasional, 5 persen dana pendidikan, 5 prosen untuk dana sosial. PAM Desa Karangrejek mampu memberikan PADes murni itu Rp 74 juta pertahun.
Untuk dana pendidikan tersebut disalurkan kepada pelajar mulai dari jenjang sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA) bagi orangtuanya yang tidak mampu. Dana tersebut tidak diwujudkan dalam bentuk uang, namun dalam bentuk barang seperti sepatu, tas sekolah, dan uang pendidikan.
Kemudian dana sosial diperuntukan bagi masyarakat miskin yang tidak bisa membiayai rumah sakit, tidak punya BPJS, Jamkesmas, dan lain-lain. Masyarakat tersebut mereka antarkan ke rumah sakit, kemudian nota pembiayaan rumah sakit dibayar BUMDes.