Dalam dasa warsa terakhir, Komunitas Swabina Pedesaan (KSP) Salasae fokus pada pengembangan pertanian alami. Bagi KSP Salassae, praktik pertanian alami adalah perwujudan kedaulatan pangan. Petani mempunyai kuasa penuh terhadap tanahnya sebagai sumber kelangsungan generasi.

Desa Salassae diapit dua aliran sungai besar, luasnya sekitar 10,8 kilometer persegi dengan jumlah penduduk 4000 jiwa atau sekitar 926 Kepala Keluarga. Desa ini memiliki luas lahan pertanian sawah sekitar 100 Ha.

Nama InovasiPertanian Alami
PengelolaKomunitas Swabina Pedesaan (KSP) Salasae
AlamatDesa Salassae, Kecamatan Bulukumba, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan
Kontak PersonPonnong (Ketua KSP Salasae)
Telepon+62-822-9292-1195

Suasananya sangat menyejukkan. Sawah yang tersusun berundak-undak mengikuti kontur tanah berbukit. Ada aliran sungai dengan air yang jernih, ratusan capung yang terbang berseliweran, burung bangau yang mengendap-ngendap di antara tanaman padi.

Kondisi ini belum berlangsung lama. Pada 2011, praktik pertanian organik dimulai Desa Salassae. Kini, puluhan petani di Desa Salassae tekah meninggalkan bertani lama dan beralih ke pertanian organik.

Sebagian petani telah menikmati hasil, sebagian lagi sedang dalam proses penanaman. Hasil pertanian alami jauh berbeda, baik panen maupun rasa. Pada sisi berat cukup mencolok, satu karung gabah beras biasa berisi 75 kg beras, sementara beras organik berkisar antara 95-114 kg.

Bertani organik, lebih hemat sekaligus menguntungkan. Penggunaan pupuk kimiawi di sawah seluas satu hektar biaya Rp 1,5 juta, dengan bahan organik, berupa campuran gula dan berbagai macam buah-buahan hanya Rp 80 ribu. Harga di pasaran bisa dua kali lipat dibanding beras biasa.

KSP Salassae tergolong komunitas petani tergolong unik. Sebagian besar petani ini jebolan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Mereka tak hanya belajar teknik bertani, tapi juga kajian globalisasi dan kedaulatan pangan. Mereka memiliki sekolah lapang yang dikepalai oleh petani tamatan sekolah dasar.

Syarat keanggotaan pun unik, yakni bersedia mengorganikkan sawah/kebun serta bersedia sebagai fasilitator untuk keluarga dan petani lain. Petani KSPS harus bisa membuat pupuk sendiri. Mereka biasa membuat pupuk kompos dikenal mikroba 3 (M3) secara gotong royong. Kotoran sapi sebagai bahan kompos. Tempat pembuatan tersebar di halaman rumah maupun lahan warga.

Aktivitas KSP Salassae didukung penuh oleh Pemerintah Desa Salassae, Kecamatan Bulukumba, Kabupaten Bulukumba. Pemerintah desa terlibat aktif dalam kegiatan peningkatan kapasitas manajemen dan kepemimpinan organisasi tani. Bahkan, mereka berencana untuk membuat peraturan desa terkait pertanian organik ini. Tak heran, Salassae dan desa sekitarnya di Kabupaten Bulukumba dikenal sebagai pelopor eksistensi kedaulatan petani dan kemandirian desa.

Pada Agustus 2017, Desa Salassae menerima penghargaan Proklim dari Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup. Desa Salassae meraih penghargaan tersebut berkat sebagian besar petani telah mempraktikan pertanian alami dan menjaga lingkungan secara berkelanjutan. (Sumber Bina Desa dan Mongabay)