Mengunjungi Desa Tadui di Kecamatan Mamuju, Sulawesi Barat, memberikan sebuah perspektif nyata tentang potret pembangunan di pelosok negeri. Suasana yang bersahaja dan kondisi yang ada menyadarkan bahwa masih banyak wilayah di Indonesia yang memerlukan sentuhan pembangunan secara maksimal. Desa ini menjadi contoh konkret betapa masyarakat yang jauh dari pusat pemerintahan mendambakan program pembangunan yang merata, memberdayakan, dan dikelola dengan baik.
Profil Desa Tadui: Potensi di Pesisir Sulawesi
Desa Tadui merupakan hasil pemekaran dari Desa Bambu pada tahun 1996 dan kini menaungi delapan dusun. Mayoritas penduduk aslinya, Suku Mambi, berprofesi sebagai nelayan dan petani, dengan komoditas unggulan seperti kopi, kakao, dan rumput laut.
Secara geografis, desa seluas 45.380 km² ini terletak di wilayah pesisir dan perbukitan dengan ketinggian 0 hingga 500 meter di atas permukaan laut. Lokasinya strategis, berbatasan langsung dengan Selat Makassar di sisi barat dan menjadi desa pertama yang dilintasi dari arah Bandara Tampa Padang. Jaraknya sekitar 17 km dari pusat kecamatan dan 19 km dari pusat kota Mamuju.
Desa Tadui juga memiliki keunggulan di sektor perkebunan dan telah ditetapkan sebagai salah satu desa percontohan perkebunan kakao. Hal ini dibuktikan dengan adanya kebun kakao percontohan seluas 3 hektare di Dusun Pangodoang, hasil kerja sama antara Pemerintah Kabupaten Mamuju dengan Nestlé.
Dana Desa: Katalisator Perubahan
Tantangan utama dalam membangun desa hasil pemekaran adalah kesiapan masyarakat menghadapi perubahan dan kondisi infrastruktur yang minim. Dalam konteks ini, program Dana Desa hadir sebagai solusi untuk mengatasi kesenjangan dan mengakselerasi pembangunan.
Menurut Sekretaris Desa, Kadir, dan Pendamping Dana Desa, Mauluddinsyam, kehadiran Dana Desa dan Alokasi Dana Desa (ADD) memberikan manfaat yang signifikan dalam meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat Desa Tadui.
Fokus pemanfaatan Dana Desa Tahap I diprioritaskan pada program-program yang paling mendesak dan berdampak langsung bagi masyarakat. Hasilnya pun dapat dirasakan di berbagai bidang:
- Pemberdayaan Ekonomi: Didirikan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang kini memiliki beberapa unit usaha, seperti jasa fotokopi, pangkalan gas elpiji 3 kg, penyewaan alat konstruksi dan pertanian, hingga koperasi simpan pinjam berbunga rendah. Kehadiran BUMDes terbukti berhasil menggerakkan roda perekonomian desa.
- Pembangunan Infrastruktur: Proyek jalan beton telah mempermudah dan memperlancar transportasi hasil pertanian warga. Selain itu, pembangunan drainase di beberapa titik berhasil mengurangi masalah banjir dan genangan air yang sebelumnya sering terjadi.
- Peningkatan Layanan Dasar: Dibangunnya Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Salutalawar telah meningkatkan kualitas kesehatan ibu dan anak. Sementara itu, pendirian Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) Khairunnisa mendukung peningkatan pendidikan agama dan umum bagi anak-anak setempat.
Kunci Keberhasilan dan Harapan ke Depan
Keberhasilan Desa Tadui dalam memanfaatkan Dana Desa terletak pada pemahaman yang mendalam akan kebutuhan prioritas desa. Dengan kondisi infrastruktur dan fasilitas umum yang masih minim, alokasi dana difokuskan secara tepat pada dua sektor tersebut.
Menyusul kesuksesan Tahap I, pembangunan di bidang-bidang lain akan dilanjutkan menggunakan alokasi Dana Desa Tahap II. Kisah Desa Tadui menjadi bukti bahwa ketika dana dikelola secara efektif dan transparan, desa hasil pemekaran sekalipun mampu bertumbuh dan meningkatkan kualitas hidup warganya secara signifikan. Ini adalah wujud nyata dari pemerataan pembangunan yang menyentuh hingga ke penjuru negeri.