Kabupaten Kuningan di Jawa Barat, yang diapit oleh Gunung Ciremai megah, telah lama dikenal sebagai surga bagi pencari ketenangan. Udaranya yang sejuk, kontur tanahnya yang subur, dan pemandangan alamnya yang memukau menjadikannya destinasi favorit.

Namun, di antara sekian banyak destinasi, sebuah desa di dataran tinggi kini mulai mencuri perhatian dan menggeliat menjadi primadona baru. Desa Sakerta Timur, yang terletak di Kecamatan Darma, menawarkan sesuatu yang lebih dari sekadar panorama hijau. Ia menyajikan sebuah pengalaman, sebuah atmosfer unik yang memadukan dua budaya adiluhung, Sunda dan Bali, dalam satu harmoni yang menenangkan.

Perkembangan sektor wisata di desa ini bukan lagi sekadar wacana. Desa yang lokasinya strategis karena berdekatan dengan ikon Kuningan, Waduk Darma, ini sedang bertransformasi secara masif.

Pemerintah desa dan masyarakat lokal tidak hanya menjual keindahan alam, tetapi meracik sebuah konsep wisata terpadu yang kuat. Konsep inilah yang menjadi pembeda: menghadirkan nuansa “Bali di Kuningan”.

Siapapun yang berkunjung akan merasakan getaran estetika Pulau Dewata yang berpadu mulus dengan kearifan lokal Tatar Sunda. Ini adalah sebuah kombinasi yang terbukti ampuh membuat pengunjung betah berlama-lama.

Pusat dari denyut nadi konsep Sunda-Bali ini termanifestasi dalam sebuah destinasi kuliner bernama Saung Karuhun. Tempat ini dengan cepat menjadi buah bibir, bukan hanya karena sajian kulinernya, tetapi karena nilai estetik dan filosofi di baliknya.

Saung Karuhun dirancang sebagai tempat wisata kuliner yang memanjakan mata sekaligus jiwa, dengan komitmen kuat terhadap pelestarian lingkungan. Desain arsitekturnya adalah perwujudan nyata dari tema besar desa.

Struktur bangunan didominasi material khas Sunda, seperti bambu dan kayu, yang menjelma menjadi saung-saung nyaman. Namun, sentuhan Bali hadir dengan kuat melalui detail ukiran kayu yang rumit, penataan taman tropis yang hijau, dan gapura (gerbang) yang mengingatkan kita pada pintu masuk pura-pura di Bali.

Memasuki Saung Karuhun, pengunjung seolah diajak melintasi dimensi. Suara gemericik air dari kolam-kolam kecil berpadu dengan desau angin yang menggoyangkan rumpun bambu.

Bale bengong atau gazebo-gazebo kayu tersebar di antara taman hijau, memberikan ruang privat bagi pengunjung untuk bersantap sambil menikmati udara sejuk dataran tinggi. Ini bukan sekadar tempat makan; ini adalah ruang kontemplasi.

Komitmen lingkungan juga terlihat dari bagaimana bangunan ini menyatu dengan alam. Hal ini dibuktikan dengan meminimalisir penggunaan material artifisial dan memaksimalkan ruang terbuka hijau.

Menariknya, suasana “Bali di Kuningan” yang diusung oleh Saung Karuhun dan Desa Sakerta Timur ternyata bukan sekadar tempelan visual atau strategi pemasaran semata. Konsep ini memiliki akar yang lebih dalam pada keseharian masyarakat.

Pemerintah desa mengakui bahwa masyarakat Sakerta Timur memiliki beberapa tradisi dan kebiasaan yang secara filosofis mirip dengan masyarakat Bali. Salah satu contohnya adalah kegiatan adat “babarit” yang masih rutin digelar oleh masyarakat lokal.

Babarit adalah sebuah ritual adat Sunda kuno yang merupakan bentuk rasa syukur atas hasil bumi dan tolak bala. Ritual ini mirip dengan upacara-upacara komunal di Bali yang bertujuan menjaga keharmonisan alam semesta (Tri Hita Karana).

Kesamaan dalam semangat melestarikan budaya dan menghormati alam inilah yang membuat perpaduan Sunda-Bali di Sakerta Timur terasa begitu otentik dan menyentuh.

Jika Saung Karuhun adalah representasi harmoni budaya dan kuliner, maka Desa Sakerta Timur juga memiliki arena untuk petualangan alam murni. Arena tersebut adalah Bukit Bagarurung.

Destinasi ini dengan cepat populer sebagai camp park atau tempat berkemah premium di Kuningan. Bukit Bagarurung adalah jawaban bagi mereka yang ingin melarikan diri dari kebisingan kota dan menyatu sepenuhnya dengan alam.

Lokasinya yang berada di ketinggian menawarkan aset termahal yang bisa diberikan oleh Kecamatan Darma, yakni panorama alam yang menakjubkan.

Dari puncak Bukit Bagarurung, pengunjung dapat menikmati pemandangan spektakuler Waduk Darma yang membentang luas di kejauhan. Hamparan air biru yang tenang, dikelilingi perbukitan hijau, menjadi lukisan alam yang tak ternilai harganya, terutama saat matahari terbit atau terbenam.

Keindahan dan kelayakan tempat ini bukan isapan jempol belaka. Bukit Bagarurung bahkan pernah dipercaya menjadi lokasi kegiatan Retreat resmi Pemerintah Daerah Kuningan, sebuah bukti bahwa tempat ini memiliki standar fasilitas dan pesona yang tak main-main.

Berkemah di bawah taburan bintang sambil memandang gemerlap lampu di kejauhan, lalu bangun di pagi hari disambut lautan kabut di atas waduk, adalah pengalaman yang ditawarkan oleh Bukit Bagarurung.

Pemerintah Desa Sakerta Timur jelas tidak ingin bergerak setengah-setengah. Mereka memahami bahwa untuk menjadi destinasi unggulan, diperlukan sebuah ekosistem wisata yang lengkap dan terintegrasi.

Potensi Saung Karuhun (kuliner dan budaya) serta Bukit Bagarurung (alam dan petualangan) harus dijahit menjadi satu kesatuan. Untuk itulah, kini desa tengah giat mengembangkan pembangunan vila wisata yang berlokasi strategis di antara kedua kawasan tersebut.

Beberapa unit vila dikabarkan sudah rampung dan siap digunakan oleh wisatawan. Pembangunan ini adalah langkah cerdas untuk menyediakan akomodasi yang nyaman bagi pengunjung yang tidak ingin berkemah, namun tetap ingin menikmati suasana alam perdesaan dengan kenyamanan lebih.

Vila-vila ini dirancang untuk melengkapi pengalaman “Sunda-Bali”, menawarkan tempat menginap yang privat, tenang, dan menyatu dengan kontur alam.

Ini adalah bagian dari upaya desa untuk meningkatkan fasilitas, memperpanjang lama tinggal wisatawan (length of stay), dan pada akhirnya, meningkatkan perputaran ekonomi masyarakat lokal.

Desa Sakerta Timur adalah contoh sempurna bagaimana keindahan alam, kekayaan budaya, dan semangat inovasi warganya dapat berkolaborasi. Mereka tidak hanya mengandalkan anugerah alam yang sudah ada, tetapi berani menciptakan identitas unik yang membedakannya dari desa wisata lain.

Perpaduan antara estetika Sunda yang membumi dan nuansa Bali yang artistik terbukti berhasil. Tak heran jika kini banyak wisatawan, baik dari dalam maupun luar Kuningan, mulai melirik desa ini sebagai alternatif utama untuk melepas penat.

Desa Sakerta Timur bukan lagi sekadar tempat singgah. Ia telah bertransformasi menjadi destinasi di mana pengunjung dapat menikmati ketenangan, keindahan alam, dan kehangatan budaya lokal yang menenangkan jiwa.