Setiap tahun, Desa Citorek Tengah, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten menggelar kegiatan Seren Tahun. Persiapan kegiatan membutuhkan waktu satu tahun, dimulai dari proses pencangkulan tanah, kemudian tanam ikan, lalu dicangkul lagi dengan istilah ngaluskeun atau menghaluskan, kemudian disagol, baru kemudian penanaman hingga musim panen datang.

Seren Taun merupakan ritual masyarakat Sunda, khususnya mereka yang tinggal di Jawa Barat dan Banten. Seren Taun berasal dari kata seren yang artinya menyerahkan dan taun yang berarti tahun. Seren Taun dimaknai sebagai momen bersedekah atas keberhasilan panen tahun lalu, serta memohon berkah kepada Tuhan untuk keberhasilan panen tahun mendatang.

Nama InovasiSeren Tahun
PengelolaPemerintah Desa Citorek Tengah
AlamatDesa Citorek Tengah, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten
Penanggung jawabAjat Sudrajat (Kepala Desa Citorek Tengah)
Kontak+62-857-1130-4999

Ritual Seren Taun di Desa Citorek Tengah biasanya diikuti oleh acara hajatan atau selamatan, serta acara khitanan massal. Penyelenggaraan ritual Seren Taun ini selalu meriah di setiap tahunnya karena melibatkan seluruh masyarakat Desa.

Selama perayaan Seren Taun seluruh masyarakat diwajibkan mengenakan pakaian adat. Pakaian adat terdiri dari baju atasan putih, bawahan sarung, dan bagi laki-laki memakai iket atau tutup kepala. Bagi perempuan pakaian adat yang dikenakan adalah kebaya dan bawahan sarung.

Seren Taun di Desa Adat Citorek diawali dengan nganjang di satu hari sebelum perayaan Seren Taun. Nganjang yaitu berkunjung ke tempat sesepuh, biasanya dimulai dari sepuh atau Olot Didi di Desa Citorek Timur dengan membawa hasil panen. Nganjang dilanjutkan ke rumah-rumah sesepuh atas perintah sesepuh.

Setelah nganjang, terdapat penampilan kesenian tradisional dalam perayaan Seren Taun. Kesenian tradisional ketika Seren Taun juga dengan diiringi tarian-tarian yang mengikuti irama dari alat musik yang ada pada saat ngarak (parade iring-iringan).

Kesenian tradisional berupa penampilan dari alat musik, yaitu rengkong, angklung dan bedug lojor. Rengkong adalah bambu yang diisi dengan padi, dipikul dibahu dan digoyang-goyangkan. Dulu alat musik yang digunakan hanya angklung dan bedug lojor. Sekarang sudah pakai kendang, gong, dan bedug dogdog.

Pagi harinya saat perayaan Seren Taun dilakukan penyembelihan kerbau. Dagingnya kemudian dibagikan ke seluruh masyarakat. Selanjutnya, seluruh warga akan melakukan ziarah ke tanah leluhur. Perayaan Seren Taun ditutup dengan menggelar syukuran atau selamatan. Terkadang syukuran juga dilanjutkan dengan acara khitanan massal.

Ritual Seren Taun di Desa Citorek Tengah ini juga dimaksudkan untuk memberi jeda waktu sebelum memulai penanaman lagi. Biasanya setelah panen sampai ke hari perayaan Seren Taun merupakan waktu istirahat. Jeda waktu istirahat diperuntukkan bagi petani dan juga sawahnya. Petani tidak ada yang mencangkul atau membajak sawah saat itu.

Di Desa ini hanya menerapkan penanaman dengan panen hanya sekali setahun, yang dipercaya dapat membuat tanah lebih subur, dan hasil panennya memiliki nilai jual ekonomi yang relatif lebih tinggi. Ajaran ini bersumber dari para Kasepuhan, dan disambut positif karena dianggap masuk akal oleh masyarakat sehingga keputusan yang dibuat oleh kasepuhan selalu diikuti dengan baik.

Seren Taun di Desa Citorek Tengah dan Wewengkon Adat Kasepuhan Citorek dimaknai sebagai sesuatu yang sakral. Seren Taun dan seluruh ritual adat di Citorek tidak dibolehkan untuk dipublikasikan kepada pihak luar. Masyarakat desa mengkhawatirkan semakin banyak oknum luar yang mengetahui mengenai adat di Citorek. Mereka khawatir hal tersebut dapat menyebabkan kehancuran.

Sumber: Alamanak Desa 2016, Direktorat Pelayanan Sosial Dasar, Kementerian Desa PDTT