Desa Batu Gajah serius menyiapkan diri sebagai desa dengan ketahanan pangan yang kuat. Untuk itu, Pemerintah desa menggiatkan masyarakat untuk mengolah sagu menjadi bahan pokok makanan sebagai pengganti nasi.
Ketahanan pangan diukur dari seberapa mampu desa memenuhi kebutuhan pangan bagi warganya yang ditunjukkan dengan tersedianya pangan secara cukup, baik dari sisi jumlah maupun mutunya.
Desa Batu Gajah terletak di Kecamatan Bunguran Timur, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Meski kini sebagian besar masyarakat desa sudah memakan nasi, tapi tradisi mengkonsumsi makanan yang terbuat dari sagu belum hilang. Tradisi memakan sagu sudah dilakukan nenek moyang mereka jauh sebelum era kolonialisme Belanda.
Hal itu diceritakan oleh Kepala Desa Batu Gajah, Kurniawan Sindro Utomo. Sejak kecil dia dan keluarganya telah terbiasa mengkonsumsi makanan dari olahan sagu. Kalau masyarakat tak ada beras, maka mereka memakan sagu sebagai makanan pengganti.
Selain dikonsumsi untuk kebutuhan sendiri, sagu yang telah diolah menjadi sagu mentahan maupun sagu butir itu, juga kerap dijual kepada masyarakat, baik masyarakat setempat maupun masyarakat luar Batu Gajah. Hasil olahan sagu juga bisa bisa ditukarkan dengan barang atau makanan lain (barter).
Proses pengolahan sagu terbilang cukup rumit dan memakan waktu cukup lama. Untuk mendapatkan sagu mentah atau butiran, masyarakat dari melakukan sejumlah proses pengolahan, mulai dari menebang pohon sagu, mengupas kulit pohon sagu, memarut, menyaring sari pati sagu, hingga proses pengolahan menjadi makanan.
Dulu kegiatan pengolahan sagu dilakukan dengan cara manual dan tradisional. Tak tanggung-tanggung, waktu yang dibutuhkan untuk memproses pohon sagu hingga siap untuk dikonsumsi, memakan waktu sekitar 5 hari.
Program menggiatkan masyarakat untuk kembali mengolah sagu merupakan kegiatan antisipasi Desa Batu Gajah dalam menghadapi cuaca ekstrem dan kondisi ekonomi saat ini. Sagu merupakan potensi alam yang tersedia secara melimpah di wilayah desa.
Sagu merupakan salah satu jenis makanan yang mengandung karbohidrat dan protein tinggi. Inovasi pengolahan sagu sebagai makanan pokok masyarakat akan melahirkan keragaman jenis makanan pokok masyarakat, selain nasi. Pada jangka panjang, tradisi mengonsumsi bahan pangan secara beragam akan menguatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi krisis pangan.
Sumber: Detak Media diolah oleh tim manajemen pengetahuan Gedhe Nusantara.